Entri Populer

Rabu, 17 Oktober 2012

INTERNALISASI HADITS DALAM KEHIDUPAN BIRRUL WALIDAIN


MATERI INTERNALISASI HADITS DALAM KEHIDUPAN
BIRRUL WALIDAIN


BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua. Sebagai sumber hukum Islam yang kedua maka hadits dapat berfungsi sebagai penjelas Al quran.  Sebagai penjelas AL Quran maka hadits semakin memberikan gambaran dan aturan secara teknis serta menguatkan aturan-aturan yang sudah ada di dalam Al Quran.

Akhlak Pada Kedua Orang Tua

Materi
Internalisasi Nilai Al Quran Dalam Kehidupan Sehari-hari
“Akhlak Kepada kedua Orang Tua”

Al Quran merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman dan petunjuk dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu di dalamnya terdapat berbagai hukum, peraturan, adab, ibadah dan lain sebagainya. bahkan semua urusan telah di atur dalam Al Quran baik itu urusan dunia maupun urusan akhirat.
Salah satu urusan yang diperhatikan dalam Al Quran yaitu masalah akhlak kepada orang tua. Taat kepada orang tua menempati urutan setelah taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sabtu, 23 Juni 2012

Perbandingan Sistem Pendidikan di Inggris dengan Indonesia


Untuk memajukan pendidikan terutama di Indonesia ini, haruslah bersikap terbuka. Sikap ini berarti mau belajar dari negara-negara yang sudah maju dalam hal pendidikan seperti Amerika Serikat, Inggris, Finlandia dan negara-negara lain yang memang sangat concern dalam bidang pendidikan. Sebagai contoh Inggris. Negara Inggris sangat mengetahui betapa pentingnya peran pendidikan untuk masa depan bangsa.

Jumat, 08 Juni 2012

Pendekatan pembelajaran nilai dalam PAI


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan merupakan pengembangan potensi-potensi yang ada pada sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan yang secara umum dapat dartikan sebagai suatu usaha sadar dan sistematis berkelanjutan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik.
Di era zaman globalisasi ini, peran pendidikan menjadi semakin penting mengingat banyaknya arus informasi yang masuk dari berbagai daerah. Hal ini dapat memberikan efek positif maupun efek negatif. Efek positif dari globalisasi  antara lain ketersediaan akses informasi yang cepat dan instan. Sedangkan efek negatifnya antara lain filterisasi budaya ataupun informasi yang kurang sesuai juga semakin sulit sehingga informasi-informasi tersebut dengan mudah masuk ke Indonesia. Kurangnya filterisasi ini akan berakibat pada beberapa aspek terutama dari segi moral. Berbagai tindakan kriminal, asusila dan tidak bermoral banyak yang terjadi seperti kecanduan narkoba, pornografi, seks bebas, dan lain-lain. Sehingga peran pendidikan di sini selain sebagai pengembangan potensi intelegensi dan skill  juga pengembangan pada sisi akhlak peserta didik.

Selasa, 15 Mei 2012


Analisis Musik Pada Lagu Ilir-Ilir Karya Sunan Kalijaga
Yang Dipopulerkan Oleh Cak Nun-Kyai Kanjeng
Oleh : Kelompok V
PAI-A

Lagu ilir-ilir merupakan salah satu dari contoh jenis lagu dolanan tradisional asli dari Jawa. Lagu ini digubah oleh seorang ulama ataupun juga dapat disebut wali yang dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga. Beliau adalah satu dari sembilan wali (Walisanga) yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.
Lagu Ilir-ilir menggunakan bahasa Jawa pada tiap liriknya. Yang menarik adalah tiap-tiap kata dalam lirik tersebut memiliki filosofi yang sangat dalam, meskipun lagu tersebut dikategorikan sebagai lagu dolanan. Nilai filosofis yang terkandung dalam lagu tersebut  secara garis besar adalah  mengajak manusia untuk memeluk agama Islam terutama bagi mereka para penguasa sebagai cah angon (penggembala para bawahannya) untuk selalu menjalankan syariat agama Islam dengan baik sehingga dapat menjadi contoh bagi rakyatnya.
Seiring perkembangan waktu, lagu ilir-ilir kemudian dinyanyikan oleh berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan tema yang dibawakan sangat familiar dan enjoy listening. Kemudian pada tahun 90-an lagu Ilir-ilir dipopulerkan oleh Emha Ainun Najib yang kerap dikenal dengan paggilan Cak Nun. Cak Nun bersama group musiknya -Kyai Kanjeng- mencoba untuk meng-arransemen lagu  Ilir-ilir tersebut dengan berbagai alat musik khas Kyai Kanjeng.
Kyai Kanjeng sendiri merupakan group musik yang memberikan suguhan berbeda pada masyarakat dengan memadukan alat musik tradisional terutama gamelan dengan alat musik modern seperti gitar, drum, keyboard dan lain-lain. Dengan perpaduan tersebut akan menciptakan kekayaan warna musik di Indonesia.
Secara garis besar warna musik yang disuguhkan Cak Nun dan Kyai Kanjeng pada lagu Ilir-ilir adalah sebagai berikut:
·         Pada awal musik sebagai pembuka musik (intro) terdengar perpaduan alunan musik gamelan dan keyboard yang dengan merdunya mencoba untuk membuka hati para pendengarnya. Kemudian masuk kendang dan alat musik tabuh lainnya (rebana) disertai dengan dinyanyikannya syair Ilir-ilir sampai lirik lagu Ilir-ilir selesai.
·         Setelah lirik Ilir-ilir selesai dinyanyikan, masuklah syair-syair dan suluk-suluk berbahasa Arab yang dilantunkan oleh Cak Nun dengan musik latar dari keyboard. 
·         Kemudian terdengar  lantunan suara gamelan, keyboard dan alat musik tabuh lagi sebagai penghubung dengan musik selanjutnya.
·         Pada tahap musik berikutnya yaitu dilantunkannya shalawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Pada tahap ini, mulai terdengar iringan musik dari gitar kecil (kentrung). Adapun irama/ nada lagu yang dinyanyikan sama dengan irama/ nada dari lagu Ilir-ilir.
·         Sebagai penutup lagu yaitu dilantukannya shalawat-shalawat atas Nabi Muhammad SAW dengan iringan musik dari rebana, keyboard dan gamelan.
Itulah gambaran garis besar warna musik yang disuguhkan oleh Cak Nun bersama Kyai Kanjeng dalam lagu Ilir-ilir. Dari musik tersebut jika ditelisik lebih mendalam mempunyai kedalaman makna.  Makna yang digali disini adalah warna musik Kyai Kanjeng. Hal ini dapat dilihat dari segi nilai, karakteristik, serta fungsinya.
Dari segi nilai yaitu keserasian dan kepluralitasan. Hal ini ditunjukkan dengan memadukan alat-alat musik baik tradisional maupun modern. Dari situ terlihat bahwa antara modernitas dan tradisional memiliki hubungan yang saling terkait dan saling mendukung. Nilai-nilai luhur tradisional Indonesia harus dilestarikan yang salah satunya yaitu melalui musik. Kemudian nilai-nilai tradisional tersebut bertemu dengan modernitas yang ditandai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan kata lain modernitas juga harus dibarengi dengan tradisionalitas agar tidak kebablasen. Dengan perpaduan antara modernitas dengan tradisionalitas akan menumbuhkan jiwa yang ingin selalu maju namun tidak meninggalkan karakter luhur bangsa Indonesia.  Hal ini sesuai dengan pepatah  “Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli”.
Perpaduan irama alat musik dan ragam bahasa yang dilantunkan pada lagu Ilir-ilir seperti bahasa Jawa (lirik lagu) dan bahasa Arab (syair/ suluk dan shalawat) menunjukkan adanya sifat pluralitas dalam lagu Ilir-ilir. Dengan membawakan lagu ini maka secara tidak langsung menyampaikan bahwa kita hidup di dunia ini terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, ras dan lainnya. Oleh karena itu kita harus hidup rukun, damai, saling membantu dan tolong menolong agar terwujud kehidupan yang harmonis dan selaras seperti alunan musik Kyai Kanjeng. Bayangkan jika tidak ada perpaduan irama dalam lagu tersebut, tentunya musik pada lagu tersebut akan menjadi kacau.
Dari segi karakteristik musik yang disuguhkan adalah kemerduan perpaduan alunan gamelan, keyboard dan rebana. Pada lagu Ilir-ilir ini, Cak Nun bersama Kyai Kanjeng melantunkan lagu Ilir-ilir diiringi berbagai alat musik tersebut. Warna musik yang disuguhkan pada lagu terkesan simple dan sederhana. Dikatakan simple dan sederhana karena alat musik yang digunakan sebagian besar adalah alat musik tradisional yang menunjukkan warna ke-tradisional-an musik yang dibawakan Kyai Kanjeng. Namun dengan kesederhanaan tersebut malahan menimbulkan perasaan tenang bagi para pendengarnya.
Dari segi fungsi selain untuk menghibur yaitu bertujuan untuk membuka hati para pendengar. Alunan yang tenang dan damai tersebut mencoba menggugah kesadaran pendengar untuk menghayati makna lagu Ilir-ilir.
Selain itu, lagu ini memberikan strategi dalam berdakwah. Hal ini terlihat dari penempatan lirik lagu yang dimulai dari lirik asli yang kemudian ditambahi dengan syair serta  shalawat dan diakhiri dengan shalawat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan hal-hal yang bersifat persuatif tidak bisa serta merta menghilangkan unsur kebudayaan, begitu pula saat kita berdakwah. Sebisa mungkin dalam mengajak pada kebaikan, kita harus melakukan pendekatan-pendekatan (ditunjukkan dengan posisi lirik asli di awal lagu) baru kemudian memasukkan nilai-nilai yang akan kita ajarkan (ditunjukkan dengan syair serta shalawat). Hal ini untuk menghindari konflik secara frontal sehingga menimbulkan penolakan. Kemudian akhir dari usaha tersebut adalah kebaikan yang sesuai dengan Islam (ditunjukkan dengan shalawat secara terus menerus).

Teknologi Pendidikan

Review Buku Psi

I. Identitas Buku
Judul buku : Psikologi Perkembangan Islami
Penulis : Aliah B. Purwakania Hasan
Tebal buku : xii, 370 hlm.
Tahun Terbit : 2008
Penerbit : PT Raja Grafindo Persada

II. Review
Buku Psikologi Perkembangan Islami merupakan buku yang membahas psikologi dengan sudut pandang Islam dengan menggabungkan antara ayat-ayat kauniyah dengan ayat-ayat qauliyah. Sehingga ada integrasi antara Islam dengan psikologi modern. Hal ini dirasa perlu karena ada beberapa perbedaan antara psikologi perkembangan modern dengan psikologi perkembangan Islami seperi perbedaan cara pandang dan gaya hidup dan kritik metodologi.
Dari cara pandang psikologi perkembangan modern lebih bersifat sekuler dan materialistis, sedangkan psikologi perkembangan Islami memandang bahwa manusia memiliki komponen materi dan spirit, sehingga diperlukan keseimbangan antara keduanya. Adapun dari segi metodologi ada tiga perbedaan yang ada yaitu sumber pengetahuan, makna pengujian dan tujuan dari data empirik.
Sama halnya dengan psikologi perkembangan, psikologi perkembangan Islami juga membahas pertumbuhan atau perubahan manusia. Adapun yang dibahas dalam buku ini adalah faktor hereditas, perkembangan prakelahiran, perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan peran jenis kelamin, perkembangan moral, perkembangan spiritual dan kematian serta kehidupan setelah mati. Jadi psikologi perkembangan Islami dengan studi literatur agama dapat memperluas ruang lingkupnya dengan mambahas kehidupan setelah mati.
Menurut penelitian faktor hereditas merupakan salah satu faktor yang penting dalam perkembangan manusia karena mempengaruhi intelektual dan kepribadian seseorang. Dalam buku ini selain mengemukakan tentang proses genetik secara ilmiah juga mengutip beberapa ayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadits yang menyebutkan tentang genetika, seperti “Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan”(QS. Al Qiyamah : 37-39).
Masa prakelahiran merupakan tahapan pertama yang dibahas dalam buku psikologi perkembangan Islami. Tahapan ini dibagai menjadi tiga yaitu tahap germinal (pra-embrionik), tahap embrio dan tahap fetal. Pada tahap prakelahiran juga dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam buku ini mengutip beberapa ayat seperti QS. Al Hajj : 2, QS. Al-Ra’d : 8-9, QS. Al Baqarah : 233 dan lain-lain. Lingkungan yang kurang baik selain dapat menggugurkan kandungan juga dapat menyebabkan gangguan atau ketidaksempurnaan pada bayi.
Bahasan yang kedua adalah perkembangan fisik. Pada perkembangan fisik dibagi menjadi empat periode yaitu periode pertumbuhan, periode pencapaian kematangan, periode usia baya, periode penuaan. Pada periode pertumbuhan ada beberapa perkembangan yang terjadi seperti perkembangan motorik bayi, anak-anak sampai masa pubertas. Pada periode kematangan terjadi proses kematangan baik intelektual maupun fisik. Periode ini terjadi sekitar umur 30 sampai 40 tahun. Periode usia baya juga disebut periode pertengahan yang terjadi sekitar umur 40 sampai 60 tahun. Pada tahap ini kematangan telah melewati puncaknya. Penurunan dari segi fisik dan mental juga mulai terjadi. Periode penuaan terjadi setelah umur 60 tahun. Dalam hadits disebutkan ”masa penuaan umur umatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh tahun ” (HR. Muslim dan Nasa’i).
Bahasan ketiga, perkembangan kognitif. Islam sangat memperhatikan perkembangan kognitif seseorang, bahkan dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Dasar awal perkembangan kognitif adalah penginderaan, persepsi dan belajar.
Kajian lainnya adalah perkembangan emosional. Dalam perspektif Islam segala macam emosi dan ekspresinya diciptakan oleh Allah melalui ketentuannya. Emosi antara bayi, anak-anak, remaja dan dewasa tidaklah sama begitu pula ekspresinya. Selain itu juga ada ikatan emosional seperti ikatan emosional bayi dengan ibunya, orang tua dengan anak-anak dan juga ikatan emosional dengan pasangan hidup.
Dalam perkembangan sosial yaitu kognisi sosial, Islam mengajarkan untuk mengenal orang lain dalam berinteraksi sosial. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dituntut untuk berbuat adil dalam menjalankankan peran sosialnya. Adapun fakor yang mempengaruhi perkembangan sosial adalah lingkungan. Sejalan dengan perkembangan seseorang interaksi sosial menjadi lebih kompleks. Hal ini dapat dilihat dalam sistem bioekologikal yang disusun oleh Urie Bronfenbrenner. Selain juga banyak teori-teori yang membahas tentan perkembangan sosial seperti teori Erik Eriksonyang melihat rentang kehidupan dalam urutan konflik psikososial, Robert Selman menyusun tahap pengambilan perspektif sosial dan lain-lain.
Dalam melakukan interaksi sosial diperlukan isyarat atau simbol untuk menjalankan proses tersebut maka diperlukan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Perkembangan bahasa sudah dimulai sejak masih bayi. Mereka dengan mudah membedakan suara yang mirip percakapan dan lebih sensitive terhadap berbagai variasi bunyi.
Al Qur’an menggambarkan bahwa salah satu kekuasaan Allah adalah perkembangan bahasa yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Pergaulan antarbangsa dan antar suku bangsa dengan bahasa yang berbeda-beda membuat seseorang dapat menguasai berbagai jenis bahasa sekaligus yang disebut dengan multilingualisme. Multilingualisme dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu tingkat personal, tingkat sosial, tingkat interaksi sosial dan tingkat linguistik.
Setelah memahami peran sosial maka lebih lanjut dibahas mengenai peran jenis kelamin atau yang sering disebut dengan gender.sebelum membahas gender perlu diperhatikan pembagian usia yang mengatur hubungan antara laki-laki dengan perempuan. Pembagian itu adalah usia pemisahan (7-10 tahun), usia pubertas (10-14 tahun) dan usia pendewasaan ( 13-16 tahun). Dengan begitu kita dapat mendidik anak sesuai dengan perkembangannya. Ada beberapa teori yang membahas tentang peran jenis antara lain teori biososial John Money dan Anke Ehrhardt (1972), Albert Bandura (1989) dan Walter Mischel (1970), Lawrence Kohlberg (1966) dan lain-lain.
Teori Sigmund Freud merupakan salah satu teori pembentukan kepribadian. Teori ini membagi perkembangan psikoseksual menjadi lima tahap yaitu tahap oral (0-1,5 tahun), tahap anal (1-3tahun), tahap falik (3-5 tahun), tahap laten (5-10 tahun), dan tahap genital (pubertas sampai seterusnya).
Perkembangan selanjutnya yang dibahas adalah perkembangan moralitas. Perilaku-perilaku dasar moral antara lain perilaku prososial seperti saling berbagi, kontrol agresivitas, dan penerapan prinsip keadilan sosial. Menurut Lawrence Koehlberg ada tiga tingkatan perkembangan penalaran moral yaitu tingkat prakonvensional, tingkat moralitas konvensional, tingkat moralitas pascakonvensional.
Perkembangan moral juga membahas tentang pentingnya menahan godaan, seperti dicontohkan dalam Al Quran tentang godaan Zulaikha terhadap Nabi Yusuf a.s. Islam sangat menghargai orang-orang yang dapat menahan godaan terutama bagi mereka yang usianya masih muda.
Salah satu aspek perkembangan penting lainnya adalah perkembangan spiritual. Dalam buku ini dibahas apa pengertian spiritualitas, perbedaannya dengan religiusitas, perkembangan spiritualitas dan penilaian intelegensi spiritualitas. Spiritualitas merupakan kebangkitan diri untuk mencapai tujuan dan makna hidup. Sedangkan perkembangannya ada beberapa pendapat antara lain tahap perkembangan kepercayaan Fowler, tahap perjalanan pertumbuhan spiritual Peck, tahap transisi spiritual Moody, dan tahap perkembangan spiritual sufistik.
Intelegensi spiritual merupakan akses manusia untuk menggunakan makna, visi dan nilai-nilai dalam jalan yang kita pikirkan dan keputusan yang kita buat. Zohar dan Marshall mengembangkan alat pengukuran SQ berdasarkan teori J.L. Holland yang membagi manusia atas enam tipe kepribadian (konvensional, sosial, investigative, artistic, realistic, dan kewirausahaan). SQ merupakan cara untuk melakukan integrasi, memahami dan beradaptasi dengan perspektif baru sehingga dapat meningkatkan spiritualitas seseorang.
Bahasan yang terakhir adalah kematian dan kehidupan setelah mati. Kematian merupakan salah satu tahap kehidupan yang dialami manusia. Menurut Islam kematian pada manusia terjadi ketika ruh terlepas dari jasadnya dan tidak kembali lagi. Kematian dalam Islam dibagi menjadi dua yaitu kematian permanen (maut) yang sifatnya menetap sampai hari kebangkitan dan kematian sementara (naum) atau lebih dikenal dengna istilah tidur. Pengharapan umat Islam terhadap jenis kematian yang akan mereka alami dapat mempengaruhi perilaku mereka selama di dunia.
Umat Islam percaya bahwa akan ada kehidupan setelah mati menurut Al Qur’an dan Al Hadits, meskipun analisis serangkaian data empirik menjelaskan kalau itu tidaklah ilmiah. Kesadaran akan adanya kehidupan setelah mati membimbing manusia untuk memiliki kesadaran yang lebih tinggi. Ada beberapa bahasan mengenai kehidupan setelah mati seperti alam barzakh, hari kebangkitan, serta neraka dan surga.
Pendidikan kematian diperlukan supaya dapat mempersiapkan orang untuk mengerti dan menyadari kehidupannya di dunia. Pendidikan ini dapat diberikan sejalan dengan waktu dari mulai anak-anak sampai dengan orang yang akan mati. Islam mengajarkan umatnya untuk menerima kematian sebagai jalan menuju eksistensi yang lebih baik pada hari kemudian.
Dengan demikian psikologi perkembangan Islami memiliki perbedaan dengan psikologi perkembangan yang berkembang saat ini. Psikologi perkembangan Islami tidak hanya mengenali faktor hereditas dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan seseorang namun juga mempercayai bahwa adanya kehendak Allah dalam mengarahkan perkembangan alam semesta. Selain itu psikologi perkembangan Islami juga membahas tidak hanya kehidupan duniawi tapi juga membahas kehidupan yang sifatnya transendental (ruhani).
Psikologi perkembangan Islami harus mengikuti filosofi manusia menurut Islam dengan mengkaji AL Qur’an dan Al Hadits. Oleh karena itu, Psikologi perkembangan Islami dapat memilih dan mengembangkan metode penelitian yang lebih sesuai dengan materi kajian yang dikembangkan. Namun juga harus memiliki validitas dan reabilitas yang tinggi.


Sabtu, 14 April 2012

Teori Belajar dan Tingkah Laku

A. Teori Belajar dan Tingkah Laku
1. E.L. Thorndike : The Law of Effect
Teorinya dikenal dengan connectionism. Dia berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses stamping in, forming, hubungan antara stimulus dan respon. Hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat jika dilakukan latihan berkali-kali yang disebut dengan law of exercise.
Menurut Thorndike faktor penting dalam belajar adalah pemberian reward sebagai penguatan dalam belajar sedangkan hukuman akan justru akan memperlemah dan tidak memberikan efek apa-apa.

Jumat, 13 April 2012

Problem Pendidikan di Negara Maju dan berkembang


BAB I
Pendahuluan

A.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang penting baik negara yang sudah maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Bagi negara maju, pendidikan digunakan sebagai upaya untuk terus meningkatkan kualitas hidup para warga negaranya. Sedangkan bagi negara-negara yang sedang berkembang, pendidikan dilaksanakan sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan mereka dikancah internasional sehingga mereka dapat disejajarkan dengan negara-negara maju.

Resensi Buku Seni


Nama              : Wahid Irfan Maghfuri
NIM                : 09410170
Kelas               : PAI-A
RESENSI BUKU

I. Identitas Buku
Judul Buku      : Kritik Seni : Wacana, Apresisasi dan Kreasi
Penulis             : Dr. Nooryan Bahari, M.Sn
Penerbit           : Pustaka Pelajar
Kota Terbit      : Yogyakarta
Tahun Terbit    : 2008
Tebal Buku      :viii + 198 hlm
Cetakan           : pertama

Pendidikan dan Human capital


Dalam perkembangannya, human capital memiliki perubahan  pengertian dari masa ke masa. Dulu human capital memposisikan manusia layaknya mesin yang cara kerjanya cenderung stagnan. Namun seiring meluasnya teori human capital maka muncul pengertian bahwa manusia tidak sama dengan mesin. Manusia merupakan aset hidup yang perlu dikembangkan potensi yang ada dalam dirinya
Lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:

Kamis, 01 Maret 2012

Manajemen Pendidikan


Mengapa lembaga pendidikan perlu dimanajemenkan?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut maka perlu diketahui terlebih dahulu definisi dan hal-hal yang terkait mengenai lembaga pendidikan dan manajemen itu sendiri.
A. Definisi Lembaga Pendidikan
            Lembaga pendidikan yaitu suatu lembaga penyelenggara pendidikan. Adapun tujuan lembaga pendidikan adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyaraat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Senin, 09 Januari 2012

PERAN PAI DALAM PENANAMAN NILAI SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
            Setiap masyarakat menganut suatu aturan  yang dipatuhi bersama oleh masyarakat tersebut. Aturan tersebut semakin lama semakin mengkristal dan muncullah suatu nilai. Nilai tersebut selalu dijunjung tinggi oleh anggota masyarakat. Namun setiap masyarakat yang satu dengan yang lainnya mempuyai sistem nilai yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan karakteristik yang berbeda antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Di era pembangunan ini, dimana setiap lini kehidupan mengalami perkembangan yang signifikan, tentu harus ada suatu pegangan atau pedoman agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Untuk itulah nilai berperan penting dalam menjaga keharmonisan dan keselarasan dalam pembangunan sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan mental.
Seperti yang kita ketahui bangsa Indonesia dengan keanekaragamannya sangat menjunjung tinggi satu nilai yang dinamakan nilai Pancasila. Oleh sebab itu pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hendaknya berlandaskan nilai-nilai dalam Pancasila. Nilai Pancasila merupakan nilai yang menjadi pemersatu dari sekian banyak nilai yang ada di Indonesia.
Sedemikian pentingnya nilai dalam mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan maka nilai-nilai sosial harus dilestarikan dan ditanamkan kepada setiap orang tak terkecuali  peserta didik. Salah satu cara penanaman nilai tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan didesain sebaik mungkin agar para peserta didik mampu memahami dan menghayati nilai-nilai yang diajarkan.
Salah satu mata pelajaran dalam sistem pendidikan adalah Pendidikan Agama Islam (PAI). Sebagai mata pelajaran yang mengkaji persoalan agama, tentu tidak terlepas dengan nilai sosial. Karena agama Islam sendiri tidak menafikan adanya hubungan antara sesama manusia. Sehingga dalam PAI harus ada penanaman nilai dalam setiap kegiatan pembelajarannya.
            Dari uraian di atas maka menarik untuk dikaji apa sebenarnya definisi dari nilai sosial tersebut, sejauh mana peran nilai sosial dalam pembangunan, bagaimana peran pendidikan terutama mata pelajaran  Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai serta strategi dalam pendidikan nilai dalam PAI

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nilai sosial?
2. Apa peran nilai sosial dalam era pembangunan ini?
3. Bagaimana peran  Pendidikan Agama Islam dalam era pembangunan?
4. Bagaimana strategi pendidikan nilai dalam PAI?





BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai Sosial
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian nilai sosial. Adapun beberapa pengertian diantaranya adalah sebagai berikut :

KEPEMIMPINAN ISLAM

KEPEMIMPINAN ISLAM 

Oleh : Wahid Irfan M



A. Kepemimpinan Islam
            Sebelum mengenal lebih jauh mengenai kepemimpinan Islam, perlu diketahui bahwa menurut pandangan AL Qur’an kekuasaan tertinggi di alam semesta yaitu Allah SWT. Manusia hanyalah sebagai wakil Allah di bumi yang disebut khalifah. Seperti dalam QS. Al Baqarah ayat 2 yang artinya :

”Dan ingatlah ketika Tuhan mu berfirman : “Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi...”

            Yang dimaksud khalifah dalam ayat tersebut adalah manusia. Sesuai ayat tersebut menyatakan bahwa manusia adalah wakil tuhan di bumi sehingga manusia dibekali akal, hati dan pikiran untuk menjalankan kekhalifahannya
1. Pemimpin
Setiap kepemimpinan tidak akan terlepas dari sosok seorang pemimpin yaitu orang yang menjadi wakil dari golongannya. Begitu pula dengan umat Islam, sebagai kesatuan umat membutuhkan sosok seorang pemimpin. Sosok pemimpin dapat kita lihat dalam pribadi Rosulullah SAW.
Rasulullah SAW sebagai uswatun khasanah merupakan contoh yang baik dalam kepemimpinan. Hal ini terbukti dengan keberhasilan beliau dalam menghadapi segala tantangan yang ada. Seperti ancaman kaum Quraisy, mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin serta beberapa peperangan yang terjadi.Untuk itu sebagai umat Islam hendaknya selalu mencontoh kepemimpinan Rosulullah SAW.
Adapun kepemimpinan nabi didasarkan pada empat sifat yaitu[1] :
a. Sidiq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap.
b. Amanah, yaitu dapat kepercayaan, dalam hal ini seorang pemimpin harus bertanggung jawab dalam menjalankan amanat yang diberikan kepadanya sebagai seorang pemimpin.
c. Fathanah, yaitu kecerdasan yang mampu melahirkan kemampuan menghadapi segala tantangan.
d. Tabligh, penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab, atau dapat diistilahkan dengan keterbukaan.
                                        
2. Perundang-undangan
Suatu kepemimpinan jikaa hendak berjalan dengan baik dan tertata harus mempunyai sistem perundang-undangan. Pokok dasar perundangan Islam terlihat  dalam QS. An Nisa’ ayat 59 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul-Nya dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian....”

Konstitusi Dasar berdasarkan ayat tersebut adalah sebagai berikut [2]:
a. Ketaatan pada Allah SWT dan Rasul didahulukan dari ketaatan yang lainnya.
b. Ketaatan pada ulil amri
c. Ulil amri adalah orang-orang mukmin
d. Rakyat mempunyai hak menggugat pemerintahan.
e. Kekuatan penentu dalam setiap perselisihan adalah undang-undang Allah dan Rasul-Nya.
f. Diperlukan suatu badan yang merdeka dimana tidak tertekan oleh rakyat maupun penguasa.



3.Prinsip Kepemimpinan Menurut Islam
Kepemimpinan menurut islam yaitu musyawarah, adil, dan kebebasan berfikir:[3] ketiga hal tersebut merupakan prinsip hablumminannas dalam Islam.
a. Musyawarah
Dalam QS. Ali Imran : 159 disebutkan :

“...bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu...”

       Sesuai dengan ayat tersebut dalam perselisihan dan persoalan harus diselesaikan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat. Melalui musyawarah memungkinkan seluruh komunitas islam akan turut beserta berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan sebagai wahana dalam mengawasi tingkah laku para pemimpin. Setiap hasil keputusan yang dihasilkan musyawarah harus ditaati oleh seluruh komponen bangsa.

b. Adil
Dalam surat An Nisa ayat 58, Alloh berfirman :
 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”
           
Sifat adil dalam pemerintahan Islam adalah dengan tidak membeda-bedakan rakyat baik kaya maupun miskin, hitam maupun putih, golongan atau ras, dan lain sebagainya. Hubungan antar sesama manusia adalah sama.



c. Kebebasan berfikir
Dalam kepemimpinan Islam kebebasan berfikir sangat diperhatikan agar prinsip pertama dapat terwujud (musyawarah). Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan ruang bagi kelompoknya untuk mengemukakan kritik. Mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat baik saran maupun kritik yang konstrusional. Sehingga agar suatu kepemimpinan dapat sukses, seorang pemimpin hendaknya menciptakan suasana kebebasan dan pertukaran gagasan yang sehat. Kesuksesan tersebut akan berdampak pada majunya suatu kelompok.
Mengenai saling bertukar pendapat tersebut sesuai dengan hadits, Rasulullah bersabda: “agama adalah nasehat. Kami berkata kepada siapa? Beliau menjawab: Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin umat islam, dan kepada masyarakat kamu” H.R Muslim.


[1] Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), hal.
[2] Abul A’la Al Maududi, Khilafah dan Kerajaan,Cetakan ke-1(Bandung:Karisma,2007), hal. 67
[3] Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), hal. 154