Entri Populer

Selasa, 15 Mei 2012


Analisis Musik Pada Lagu Ilir-Ilir Karya Sunan Kalijaga
Yang Dipopulerkan Oleh Cak Nun-Kyai Kanjeng
Oleh : Kelompok V
PAI-A

Lagu ilir-ilir merupakan salah satu dari contoh jenis lagu dolanan tradisional asli dari Jawa. Lagu ini digubah oleh seorang ulama ataupun juga dapat disebut wali yang dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga. Beliau adalah satu dari sembilan wali (Walisanga) yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.
Lagu Ilir-ilir menggunakan bahasa Jawa pada tiap liriknya. Yang menarik adalah tiap-tiap kata dalam lirik tersebut memiliki filosofi yang sangat dalam, meskipun lagu tersebut dikategorikan sebagai lagu dolanan. Nilai filosofis yang terkandung dalam lagu tersebut  secara garis besar adalah  mengajak manusia untuk memeluk agama Islam terutama bagi mereka para penguasa sebagai cah angon (penggembala para bawahannya) untuk selalu menjalankan syariat agama Islam dengan baik sehingga dapat menjadi contoh bagi rakyatnya.
Seiring perkembangan waktu, lagu ilir-ilir kemudian dinyanyikan oleh berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan tema yang dibawakan sangat familiar dan enjoy listening. Kemudian pada tahun 90-an lagu Ilir-ilir dipopulerkan oleh Emha Ainun Najib yang kerap dikenal dengan paggilan Cak Nun. Cak Nun bersama group musiknya -Kyai Kanjeng- mencoba untuk meng-arransemen lagu  Ilir-ilir tersebut dengan berbagai alat musik khas Kyai Kanjeng.
Kyai Kanjeng sendiri merupakan group musik yang memberikan suguhan berbeda pada masyarakat dengan memadukan alat musik tradisional terutama gamelan dengan alat musik modern seperti gitar, drum, keyboard dan lain-lain. Dengan perpaduan tersebut akan menciptakan kekayaan warna musik di Indonesia.
Secara garis besar warna musik yang disuguhkan Cak Nun dan Kyai Kanjeng pada lagu Ilir-ilir adalah sebagai berikut:
·         Pada awal musik sebagai pembuka musik (intro) terdengar perpaduan alunan musik gamelan dan keyboard yang dengan merdunya mencoba untuk membuka hati para pendengarnya. Kemudian masuk kendang dan alat musik tabuh lainnya (rebana) disertai dengan dinyanyikannya syair Ilir-ilir sampai lirik lagu Ilir-ilir selesai.
·         Setelah lirik Ilir-ilir selesai dinyanyikan, masuklah syair-syair dan suluk-suluk berbahasa Arab yang dilantunkan oleh Cak Nun dengan musik latar dari keyboard. 
·         Kemudian terdengar  lantunan suara gamelan, keyboard dan alat musik tabuh lagi sebagai penghubung dengan musik selanjutnya.
·         Pada tahap musik berikutnya yaitu dilantunkannya shalawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Pada tahap ini, mulai terdengar iringan musik dari gitar kecil (kentrung). Adapun irama/ nada lagu yang dinyanyikan sama dengan irama/ nada dari lagu Ilir-ilir.
·         Sebagai penutup lagu yaitu dilantukannya shalawat-shalawat atas Nabi Muhammad SAW dengan iringan musik dari rebana, keyboard dan gamelan.
Itulah gambaran garis besar warna musik yang disuguhkan oleh Cak Nun bersama Kyai Kanjeng dalam lagu Ilir-ilir. Dari musik tersebut jika ditelisik lebih mendalam mempunyai kedalaman makna.  Makna yang digali disini adalah warna musik Kyai Kanjeng. Hal ini dapat dilihat dari segi nilai, karakteristik, serta fungsinya.
Dari segi nilai yaitu keserasian dan kepluralitasan. Hal ini ditunjukkan dengan memadukan alat-alat musik baik tradisional maupun modern. Dari situ terlihat bahwa antara modernitas dan tradisional memiliki hubungan yang saling terkait dan saling mendukung. Nilai-nilai luhur tradisional Indonesia harus dilestarikan yang salah satunya yaitu melalui musik. Kemudian nilai-nilai tradisional tersebut bertemu dengan modernitas yang ditandai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan kata lain modernitas juga harus dibarengi dengan tradisionalitas agar tidak kebablasen. Dengan perpaduan antara modernitas dengan tradisionalitas akan menumbuhkan jiwa yang ingin selalu maju namun tidak meninggalkan karakter luhur bangsa Indonesia.  Hal ini sesuai dengan pepatah  “Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli”.
Perpaduan irama alat musik dan ragam bahasa yang dilantunkan pada lagu Ilir-ilir seperti bahasa Jawa (lirik lagu) dan bahasa Arab (syair/ suluk dan shalawat) menunjukkan adanya sifat pluralitas dalam lagu Ilir-ilir. Dengan membawakan lagu ini maka secara tidak langsung menyampaikan bahwa kita hidup di dunia ini terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, ras dan lainnya. Oleh karena itu kita harus hidup rukun, damai, saling membantu dan tolong menolong agar terwujud kehidupan yang harmonis dan selaras seperti alunan musik Kyai Kanjeng. Bayangkan jika tidak ada perpaduan irama dalam lagu tersebut, tentunya musik pada lagu tersebut akan menjadi kacau.
Dari segi karakteristik musik yang disuguhkan adalah kemerduan perpaduan alunan gamelan, keyboard dan rebana. Pada lagu Ilir-ilir ini, Cak Nun bersama Kyai Kanjeng melantunkan lagu Ilir-ilir diiringi berbagai alat musik tersebut. Warna musik yang disuguhkan pada lagu terkesan simple dan sederhana. Dikatakan simple dan sederhana karena alat musik yang digunakan sebagian besar adalah alat musik tradisional yang menunjukkan warna ke-tradisional-an musik yang dibawakan Kyai Kanjeng. Namun dengan kesederhanaan tersebut malahan menimbulkan perasaan tenang bagi para pendengarnya.
Dari segi fungsi selain untuk menghibur yaitu bertujuan untuk membuka hati para pendengar. Alunan yang tenang dan damai tersebut mencoba menggugah kesadaran pendengar untuk menghayati makna lagu Ilir-ilir.
Selain itu, lagu ini memberikan strategi dalam berdakwah. Hal ini terlihat dari penempatan lirik lagu yang dimulai dari lirik asli yang kemudian ditambahi dengan syair serta  shalawat dan diakhiri dengan shalawat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan hal-hal yang bersifat persuatif tidak bisa serta merta menghilangkan unsur kebudayaan, begitu pula saat kita berdakwah. Sebisa mungkin dalam mengajak pada kebaikan, kita harus melakukan pendekatan-pendekatan (ditunjukkan dengan posisi lirik asli di awal lagu) baru kemudian memasukkan nilai-nilai yang akan kita ajarkan (ditunjukkan dengan syair serta shalawat). Hal ini untuk menghindari konflik secara frontal sehingga menimbulkan penolakan. Kemudian akhir dari usaha tersebut adalah kebaikan yang sesuai dengan Islam (ditunjukkan dengan shalawat secara terus menerus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar