Entri Populer

Jumat, 08 Juni 2012

Pendekatan pembelajaran nilai dalam PAI


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan merupakan pengembangan potensi-potensi yang ada pada sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan yang secara umum dapat dartikan sebagai suatu usaha sadar dan sistematis berkelanjutan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik.
Di era zaman globalisasi ini, peran pendidikan menjadi semakin penting mengingat banyaknya arus informasi yang masuk dari berbagai daerah. Hal ini dapat memberikan efek positif maupun efek negatif. Efek positif dari globalisasi  antara lain ketersediaan akses informasi yang cepat dan instan. Sedangkan efek negatifnya antara lain filterisasi budaya ataupun informasi yang kurang sesuai juga semakin sulit sehingga informasi-informasi tersebut dengan mudah masuk ke Indonesia. Kurangnya filterisasi ini akan berakibat pada beberapa aspek terutama dari segi moral. Berbagai tindakan kriminal, asusila dan tidak bermoral banyak yang terjadi seperti kecanduan narkoba, pornografi, seks bebas, dan lain-lain. Sehingga peran pendidikan di sini selain sebagai pengembangan potensi intelegensi dan skill  juga pengembangan pada sisi akhlak peserta didik.


Ada beberapa faktor yang menyebabkan merosotnya moral peserta didik. Salah satunya yaitu kurang tertanamnya jiwa agama pada peserta didik. Di zaman globalisasi ini, banyak anak muda di masayarakat yang beranggapan bahwa berpegang pada nilai-nilai agama merupakan suatu hal yang kolot dan terbelakang. Hal ini dikarenakan, orang yang berpegang pada nilai agama dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan akan mati oleh keadaan yang serba cepat ini. Oleh karenanya, ketertarikan dan kesadaran peserta didik kepada nilai-nilai agama menjadi kurang.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran agama yang masuk dalam sistem pendidikan nasional. PAI harus mampu menumbuhkan kesadaran peseta didik tentang pentingnya nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan. Oleh karenanya, penekanan mata pelajaran PAI adalah pada pembentukan akhlak dan kepribadian yang baik. Hal ini dikarenakan agama Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW tidak lain adalah untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga memiliki akhlak yang terpuji.
Melihat fungsi mata pelajaran PAI tersebut maka untuk mewujudkan sebuah pembelajaran yang baik maka diperlukan berbagai pendekatan. Salah satunya yaitu pendekatan pembelajaran nilai. Pendekatan ini dirasa cocok agar peserta didik tumbuh nilai-nilai agamanya. Sumber dari nilai-nilai tersebut tidak hanya didapat dari materi pelajaran saja. Namun juga dari proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Seorang guru harus mempersiapkan rencana pembelajaran yang sekiranya dapat menumbuhkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam agama Islam.
Pendekatan pembelajaran nilai sangat penting mengingat keadaan zaman yang serba tak terbatas ini. Pendekatan pembelajaran nilai ini diharapkan mampu menjadi benteng pertahanan peserta didik dalam menghadapi zaman. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran dengan pendekatan nilai berupaya untuk membentuk suatu perilaku menetap yang berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Untuk itu penting untuk menyisipkan pendekatan ini pada pembelajaran PAI.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pendidikan Agama Islam?
2. Apa itu pembelajaran dengan pendekatan nilai?
3. Bagaimana implementasi pembelajaran dengan pendekatan nilai dalam PAI?





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas tentang Pendidikan Agama Islam, maka terlebih dahulu akan dipaparkan beberapa pengertian mengenai Pendidikan Islam dari berbagai tokoh. Pengertian-pengertian itu antara lain:
1.         Menurut Dzakiyah Darajat, pendidikan Islam merupakan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat diamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
2.         Menurut Yusuf Qardawi, pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
3.         Azyumardi Azra memberikan pernyataan bahwa pendidikan Islam bukan hanya mementingkan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan di dunia tetapi juga kebahagiaan akhirat dengan nafas ajaran-ajaran Islam.[1]
Dari beberapa pengertian tentang pendidikan Islam tersebut maka dapat dilihat bahwa konsep dasar pendidikan Islam adalah pendidikan manusia yang integratif antara akal, hati, dan juga keterampilan sehingga hasil dari pendidikan Islam merupakan manusia seutuhnya yang cakap dan berpedoman pada Islam untuk mencapai  kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat. Dengan begitu, pendidikan Islam  dapat juga dikatakan sebagai pendidikan yang monokotomi dan holistik.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran bagian subsistem pendidikan nasional yang menekankan pada pengembangan nilai-nilai agama Islam untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dalam membentuk insan kamil.
Jika dikaitkan antara konsep pendidikan Islam dengan PAI, maka mata pelajaran ini orientasi utamanya adalah menumbuhkan kesadaran (sensitivitas) peserta didik bahwa dalam dirinya terdapat fitrah yang harus dikembangkan. Fitrah tersebut ada lima yaitu:
1.      Illahiya/ tauhidiyah yaitu inti dari jiwa, kesadaran bahwa semua yang ada merupakan dari Allah SWT dan akan kembali kepada Allah SWT.
2.      Abdiyah yaitu kehambaan, kesadaran bahwa manusia merupakan hamba atau abdi Allah SWT sehingga harus senantiasa beribadah kepada-Nya.
3.      Khalifiyah yaitu wakil Tuhan di bumi, kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang diberi amanah oleh Tuhan untuk mengelola bumi dan menciptakan kesejahteraan di muka bumi.
4.      Aqliyah yaitu akal, kesadaran bahwa manusia harus menggunakan kemampuan berfikirnya untuk kebaikan.
5.      Jasadiyah yaitu kenikmatan/ nafs, kesadaran untuk mengendalikan hawa nafsunya.[2]
Dengan dasar seperti itu, setiap materi yang akan diajarkan kepada peserta didik merupakan pengimplementasian dari konsep fitrah di atas. Hal ini membutuhkan integrasi dengan berbagai disiplin ilmu lainnya. Pengintegrasian ini diharapkan dapat mewujudkan pengembangan potensi peserta didik terutama kesadaran untuk mengembangkan potensi fitrah yang ada dalam dirinya.

B.       Pendekatan Pembelajaran Nilai
Pendidikan yang berlandaskan nilai merupakan pengembangan pribadi peserta didik tentang pola keyakinan yang terdapat dalam sistem keyakinan suatu masyarakat tentang hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari. Dalam nilai-nilai ini terdapat pembakuan tentang hal baik dan hal buruk serta pengaturan perilaku. Nilai-nilai hidup dalam masyarakat sangat banyak jumlahnya sehingga pendidikan berusaha membantu untuk mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai tertentu sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku secara konsisten dan menjadikan kebiasaan dalam hidup bermasyarakat.[3]
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pendidikan nilai berusaha mengembangkan peserta didik dalam hal menumbuhkan nilai sebagai pegangan hidup sehingga nilai tersebut tercermin dalam perilaku dan kebiasaannya di masyarakat. Nilai tersebut merupakan keyakinan yang tertanam pada diri peserta didik yang sudah dibiasakan.
Pada proses pembelajaran, terutama pembelajaran PAI, pendidikan nilai sangat penting. Hal ini dikarenakan PAI berperan dalam membentuk akhlak yang baik pada peserta didik. Akhlak ini berkaitan erat dengan moralitas yang di dalamnya mengandung unsur-unsur nilai luhur sehingga akan membentuk perilaku peserta didik.
Oleh karena itu, pembelajaran PAI sebaiknya menyisipkan pendekatan pembelajaran nilai ini dalam proses pembelajarannya. Dalam proses penyisipan nilai tersebut, seorang guru dapat menggunakan teori-teori belajar yang sudah ada seperti teori perilaku (behavioristik), teori kognitif, dan teori humanistik.

C.      Implementasi Pendekatan Pembelajaran Nilai dalam PAI
Seorang guru terutama guru PAI harus memiliki beberapa kompetensi yang salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi ini menuntut guru untuk minimal mampu menyusun sebuah program pembelajaran. Kaitannya dalam pembelajaran di kelas maka seorang guru PAI harus mampu membuat sebuah desain pembelajaran.
Adapun langkah-langkah dalam mendesain pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran
2.      Melaksanakan analisis pengajaran
3.      Menganalisis tingkah laku masukan dan karakteristik peserta didik
4.      Merumuskan tujuan performansi
5.      Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
6.      Mengembangkan strategi pengajaran
7.      Mengembangkan dan memilih material pengajaran
8.      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9.      Merevisi bahan pembelajaran
10.  Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.[4]
Kemudian langkah-langkah tersebut akan dimasukkan dalam sebuah rancangan atau rencana pembelajaran yang biasa disebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP sendiri dalam penyusunannya mengikuti  pedoman dari Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses pendidikan. Namun, guru dapat memodifikasinya dengan memasukkan berbagai pendekatan yang salah satunya adalah pendekatan pembelajaran nilai ke dalam sistem pembelajaran.
Sistem pembelajaran PAI dengan pendekatan pembelajaran nilai meliputi lima hal yaitu:
1.      Kompetensi
2.      Strategi
3.      Rumusan Materi
4.      Media
5.      Evaluasi.[5]
Setiap komponen tersebut minimal harus bersinggungan dengan tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk membentuk perilaku menetap pada diri peserta didik. inilah yang menjadi tujuan dalam pendekatan pembelajaran nilai.
Kelima kompenen di atas akan dijabarkan dalam sebuah RPP sebagai berikut: 1. Kompetensi
Kompetensi meliputi Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator/ tujuan pembelajaran. Misalkan materi yang akan disampaikan yaitu Sejarah Kebudayaan Islam dengan topik sejarah usaha Nabi Muhammad SAW periode Madinah dalam membangun masyarakat. Standar Kompetensi yang dapat kita rumuskan yaitu peserta didik memahami, menghayati dan menampilkan perilaku yang berkaitan dengan sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah dalam membangun masyarakat.
Sedangkan Kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik yaitu mampu mendeskripsikan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan, merespon sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat dengan keadaan saat ini, menunjukkan perilaku yang berkaitan dengan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat.
Dari SK dan KD tersebut kemudian dijabarkan menjadi rumusan-rumusan indikator untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai atau belum. Rumusan ini juga sebagai dasar apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Indikator yang dapat dirumuskan dari SK dan KD di atas yaitu peserta didik mampu menjelaskan sebab-sebab nabi Muhammad SAW berhijrah, mengidentifikasi usaha-usaha Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat, mengaitkan sejarah usaha pembangunan masyarakat oleh Nabi Muhammad SAW dengan kehidupan saat ini, menunjukkan hikmah mempelajari sejarah usaha pembangunan masyarakat oleh Nabi Muhammad SAW, mendemonstrasikan kegiatan perekonomian sesuai dengan Islam.
Langkah selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter yang diambil dari Pusat Kurikulum (2009) ada 18 yaitu:

1)        Religius,
2)        Jujur,
3)        Toleransi,
4)        Disiplin,
5)        Kerja keras,
6)        Kreatif,
7)        Mandiri,
8)        Demokratis,
9)        Rasa Ingin Tahu,
10)     Semangat Kebangsaan,
11)     Cinta Tanah Air,
12)     Menghargai Prestasi,
13)     Bersahabat/Komunikatif,
14)     Cinta Damai,
15)     Gemar Membaca,
16)     Peduli Lingkungan,
17)     Peduli Sosial,
18)     Tanggung Jawab

Namun seorang  guru PAI dapat menambahkan nilai-nilai lain yang  bersumber dari Al quran, adat istiadat, serta buku-buku yang relevan.



2. Rumusan Materi
Rumusan materi yang akan diajarkan sebaiknya juga mencakup tiga ranah yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pada aspek psikomotorik dan afektif, guru PAI dapat membuat sebuah ilustrasi untuk memancing respon dari peserta didik. Seperti Kegiatan perekonomian saat ini yang semakin kompleks seperti bank, kredit dan lain-lain dengan banyaknya bunga ataupun riba jika dilihat dari perspektif Islam terutama perdagangan yang pernah dilakukan oleh NabiMuhammad SAW di madinah.
3. Strategi
Komponen strategi meliputi strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan. Seorang guru PAI dapat menggunakan berbagai macam strategi yang ada baik dari buku-buku maupun pengembangan strategi yang dibuat oleh guru itu sendiri. Strateginya pun dapat dikombinasikan. Sebagai contoh kombinasi penampilan peran, kuis tim. Strategi catatan terbimbing digunakan untku memudahkan peserta didik dalam memperhatikan materi pelajaran. Strategi kuis tim  dibuat untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik atas apa yang mereka pelajari dengan cara menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut.[6] Sedangkan strategi penampilan peran bertujuan untuk menstimuli diskusi tentang nilai dan sikap.[7]
Pendekaatan yang digunakan yaitu pendekatan dari aspek kognitif yaitu rasional dan discovery, dari aspek afektif yaitu pendekatan nilai seperti etis dan keteladanan, dan dari aspek psikomotorik dapat menggunakan pendekatan cooperative. Dengan berdasarkan hal-hal tersebut di atas, seorang guru kemudian menyusun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas.
4.    Media
Seorang guru PAI harus mampu mendayagunakan sarana dan prasarana yang ada di lingungan sekolah baik itu proyektor, boneka, air untuk wudhu dan lain-lain. Sarana pembelajran tersebut sangat penting guna mendukung berjalannya aktivitas pembelajaran yang maksimal.
5.    Evaluasi
Evaluasi diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan yang dipertunjukkan oleh unjuk kerja peserta didik.[8] Dengan kata lain, evaluasi yang dilakukan oleh guru harus berpatokan pada indikator-indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Apabila semua tujuan sudah dapat dicapai, maka efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran PAI dianggap berhasil dengan baik.
























BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PAI merupakan mata pelajaran yang berorientasi untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik dalam mengembangkan fitrah yang ada pada dirinya. Fitrah tersebut ada lima yaitu Illahiyah/ tauhidiyah, abdiyah, khalifiyah, aqliyah, dan jasadiyah.
Implikasinya, PAI sebagai mata pelajaran agama harus menanamkan akhlak yang baik pada peserta didik dengan mengenalkan, memilihkan, dan menetapkan nilai-nilai Islam pada peserta didik. Nilai tersebut akan menjadi pegangan bagi peserta didik untuk melaksanakan aktivitasnya sehari-hari di masyarakat.
Implementasi pendekatan pembelajaran nilai dalam PAI dapat dituangkan dalam bentuk rencana pembelajaran dalam RPP sehingga sebelum guru mengajar, ia harus mempertimbangkan berbagai komponen dalam pembelajaran dengan pendekatan nilai tersebut. Adapun komponen sistem pembelajaran yang berlandaskan pendekatan pembelajaran nilai ada lima yaitu kompetensi, rumusan materi, strategi, media, dan evaluasi. Setiap komponen tersebut minimal harus bersinggungan dengan tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk membentuk perilaku menetap pada diri peserta didik.








DAFTAR PUSTAKA

Umiarso dan Fathoni Makmur. 2010. Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern. Yogyakarta: IRCiSoD
Uno, Hamzah B.. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Silberman, Melvin L.. 2011. Active Learning:101 Cara Belajar Peserta didik Aktif. Bandung: Nusamedia
Zuriah, Nurul.2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta:PT Bumi Aksara


[1] Umiarso dan Fathoni Makmur. Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern. (Yogyakarta: IRCiSoD,2010), hlm. 39-40
[2] Kuliah ibu Drs.Susilaningsih, MA. Dosen Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (materi disampaikan pada saat perkuliahan berlangsung)
[3] Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 19
[4] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2006) hlm. 139
[5] Kuliah ibu Drs. Susilaningsih, MA. Dosen Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (materi disampaikan pada saat perkuliahan berlangsung)
[6] Melvin L. Silberman, Active Learning:101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nusamedia, 2011), Cet. Ke-IV, hlm. 175
[7] Melvin L. Silberman,..., hlm. 220
[8] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2006) hlm. 149

Tidak ada komentar:

Posting Komentar