BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan pengembangan potensi-potensi yang ada pada sumber daya manusia
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Hal ini sesuai dengan pengertian
pendidikan yang secara umum dapat dartikan sebagai suatu usaha sadar dan
sistematis berkelanjutan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada
pada peserta didik.
Di
era zaman globalisasi ini, peran pendidikan menjadi semakin penting mengingat
banyaknya arus informasi yang masuk dari berbagai daerah. Hal ini dapat
memberikan efek positif maupun efek negatif. Efek positif dari globalisasi antara lain ketersediaan akses informasi yang
cepat dan instan. Sedangkan efek negatifnya antara lain filterisasi budaya
ataupun informasi yang kurang sesuai juga semakin sulit sehingga
informasi-informasi tersebut dengan mudah masuk ke Indonesia. Kurangnya
filterisasi ini akan berakibat pada beberapa aspek terutama dari segi moral. Berbagai
tindakan kriminal, asusila dan tidak bermoral banyak yang terjadi seperti
kecanduan narkoba, pornografi, seks bebas, dan lain-lain. Sehingga peran
pendidikan di sini selain sebagai pengembangan potensi intelegensi dan skill juga pengembangan pada sisi akhlak peserta
didik.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan merosotnya moral peserta didik. Salah satunya
yaitu kurang tertanamnya jiwa agama pada peserta didik. Di zaman globalisasi
ini, banyak anak muda di masayarakat yang beranggapan bahwa berpegang pada
nilai-nilai agama merupakan suatu hal yang kolot dan terbelakang. Hal ini
dikarenakan, orang yang berpegang pada nilai agama dianggap tidak sesuai dengan
perkembangan zaman dan akan mati oleh keadaan yang serba cepat ini. Oleh
karenanya, ketertarikan dan kesadaran peserta didik kepada nilai-nilai agama
menjadi kurang.
Pendidikan
Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran agama yang masuk dalam
sistem pendidikan nasional. PAI harus mampu menumbuhkan kesadaran peseta didik
tentang pentingnya nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan. Oleh karenanya, penekanan
mata pelajaran PAI adalah pada pembentukan akhlak dan kepribadian yang baik.
Hal ini dikarenakan agama Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW tidak lain
adalah untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga memiliki akhlak yang terpuji.
Melihat
fungsi mata pelajaran PAI tersebut maka untuk mewujudkan sebuah pembelajaran
yang baik maka diperlukan berbagai pendekatan. Salah satunya yaitu pendekatan
pembelajaran nilai. Pendekatan ini dirasa cocok agar peserta didik tumbuh
nilai-nilai agamanya. Sumber dari nilai-nilai tersebut tidak hanya didapat dari
materi pelajaran saja. Namun juga dari proses kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Seorang guru harus mempersiapkan rencana pembelajaran yang sekiranya
dapat menumbuhkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam agama Islam.
Pendekatan
pembelajaran nilai sangat penting mengingat keadaan zaman yang serba tak
terbatas ini. Pendekatan pembelajaran nilai ini diharapkan mampu menjadi
benteng pertahanan peserta didik dalam menghadapi zaman. Hal ini dikarenakan
proses pembelajaran dengan pendekatan nilai berupaya untuk membentuk suatu
perilaku menetap yang berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Untuk itu penting
untuk menyisipkan pendekatan ini pada pembelajaran PAI.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu
Pendidikan Agama Islam?
2. Apa itu
pembelajaran dengan pendekatan nilai?
3. Bagaimana
implementasi pembelajaran dengan pendekatan nilai dalam PAI?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan
Agama Islam
Sebelum membahas tentang Pendidikan
Agama Islam, maka terlebih dahulu akan dipaparkan beberapa pengertian mengenai
Pendidikan Islam dari berbagai tokoh. Pengertian-pengertian itu antara lain:
1.
Menurut Dzakiyah
Darajat, pendidikan Islam merupakan suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.
Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat diamalkan serta menjadikan
Islam sebagai pandangan hidup.
2.
Menurut Yusuf
Qardawi, pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan
hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
3.
Azyumardi Azra
memberikan pernyataan bahwa pendidikan Islam bukan hanya mementingkan
pembentukan pribadi untuk kebahagiaan di dunia tetapi juga kebahagiaan akhirat
dengan nafas ajaran-ajaran Islam.[1]
Dari beberapa pengertian tentang
pendidikan Islam tersebut maka dapat dilihat bahwa konsep dasar pendidikan
Islam adalah pendidikan manusia yang integratif antara akal, hati, dan juga keterampilan
sehingga hasil dari pendidikan Islam merupakan manusia seutuhnya yang cakap dan
berpedoman pada Islam untuk mencapai
kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat. Dengan begitu, pendidikan
Islam dapat juga dikatakan sebagai
pendidikan yang monokotomi dan holistik.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam
(PAI) merupakan mata pelajaran bagian subsistem pendidikan nasional yang
menekankan pada pengembangan nilai-nilai agama Islam untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dalam membentuk insan kamil.
Jika dikaitkan antara konsep
pendidikan Islam dengan PAI, maka mata pelajaran ini orientasi utamanya adalah
menumbuhkan kesadaran (sensitivitas) peserta didik bahwa dalam dirinya terdapat
fitrah yang harus dikembangkan. Fitrah tersebut ada lima yaitu:
1. Illahiya/
tauhidiyah yaitu inti dari jiwa, kesadaran bahwa semua yang ada merupakan dari
Allah SWT dan akan kembali kepada Allah SWT.
2. Abdiyah
yaitu kehambaan, kesadaran bahwa manusia merupakan hamba atau abdi Allah SWT
sehingga harus senantiasa beribadah kepada-Nya.
3. Khalifiyah
yaitu wakil Tuhan di bumi, kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang diberi
amanah oleh Tuhan untuk mengelola bumi dan menciptakan kesejahteraan di muka
bumi.
4. Aqliyah
yaitu akal, kesadaran bahwa manusia harus menggunakan kemampuan berfikirnya
untuk kebaikan.
5. Jasadiyah
yaitu kenikmatan/ nafs, kesadaran untuk mengendalikan hawa nafsunya.[2]
Dengan dasar seperti itu, setiap
materi yang akan diajarkan kepada peserta didik merupakan pengimplementasian
dari konsep fitrah di atas. Hal ini membutuhkan integrasi dengan berbagai
disiplin ilmu lainnya. Pengintegrasian ini diharapkan dapat mewujudkan pengembangan
potensi peserta didik terutama kesadaran untuk mengembangkan potensi fitrah
yang ada dalam dirinya.
B.
Pendekatan
Pembelajaran Nilai
Pendidikan yang berlandaskan nilai
merupakan pengembangan pribadi peserta didik tentang pola keyakinan yang terdapat
dalam sistem keyakinan suatu masyarakat tentang hal baik yang harus dilakukan
dan hal buruk yang harus dihindari. Dalam nilai-nilai ini terdapat pembakuan
tentang hal baik dan hal buruk serta pengaturan perilaku. Nilai-nilai hidup
dalam masyarakat sangat banyak jumlahnya sehingga pendidikan berusaha membantu untuk
mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai tertentu sehingga dapat
digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku secara
konsisten dan menjadikan kebiasaan dalam hidup bermasyarakat.[3]
Dari uraian di atas dapat dilihat
bahwa pendidikan nilai berusaha mengembangkan peserta didik dalam hal
menumbuhkan nilai sebagai pegangan hidup sehingga nilai tersebut tercermin
dalam perilaku dan kebiasaannya di masyarakat. Nilai tersebut merupakan
keyakinan yang tertanam pada diri peserta didik yang sudah dibiasakan.
Pada proses pembelajaran, terutama
pembelajaran PAI, pendidikan nilai sangat penting. Hal ini dikarenakan PAI
berperan dalam membentuk akhlak yang baik pada peserta didik. Akhlak ini
berkaitan erat dengan moralitas yang di dalamnya mengandung unsur-unsur nilai
luhur sehingga akan membentuk perilaku peserta didik.
Oleh karena itu, pembelajaran PAI
sebaiknya menyisipkan pendekatan pembelajaran nilai ini dalam proses
pembelajarannya. Dalam proses penyisipan nilai tersebut, seorang guru dapat
menggunakan teori-teori belajar yang sudah ada seperti teori perilaku (behavioristik),
teori kognitif, dan teori humanistik.
C.
Implementasi
Pendekatan Pembelajaran Nilai dalam PAI
Seorang guru terutama guru PAI
harus memiliki beberapa kompetensi yang salah satunya adalah kompetensi
pedagogik. Kompetensi ini menuntut guru untuk minimal mampu menyusun sebuah
program pembelajaran. Kaitannya dalam pembelajaran di kelas maka seorang guru
PAI harus mampu membuat sebuah desain pembelajaran.
Adapun langkah-langkah dalam
mendesain pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
tujuan umum pengajaran
2. Melaksanakan
analisis pengajaran
3. Menganalisis
tingkah laku masukan dan karakteristik peserta didik
4. Merumuskan
tujuan performansi
5. Mengembangkan
butir-butir tes acuan patokan
6. Mengembangkan
strategi pengajaran
7. Mengembangkan
dan memilih material pengajaran
8. Mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Merevisi
bahan pembelajaran
10. Mendesain
dan melaksanakan evaluasi sumatif.[4]
Kemudian langkah-langkah tersebut
akan dimasukkan dalam sebuah rancangan atau rencana pembelajaran yang biasa
disebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP sendiri dalam
penyusunannya mengikuti pedoman dari
Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses pendidikan. Namun, guru
dapat memodifikasinya dengan memasukkan berbagai pendekatan yang salah satunya
adalah pendekatan pembelajaran nilai ke dalam sistem pembelajaran.
Sistem pembelajaran PAI dengan
pendekatan pembelajaran nilai meliputi lima hal yaitu:
1. Kompetensi
2. Strategi
3. Rumusan
Materi
4. Media
5. Evaluasi.[5]
Setiap komponen tersebut minimal
harus bersinggungan dengan tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk membentuk perilaku menetap pada diri peserta didik. inilah
yang menjadi tujuan dalam pendekatan pembelajaran nilai.
Kelima kompenen di atas akan
dijabarkan dalam sebuah RPP sebagai berikut: 1. Kompetensi
Kompetensi meliputi Standar
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator/ tujuan pembelajaran.
Misalkan materi yang akan disampaikan yaitu Sejarah Kebudayaan Islam dengan
topik sejarah usaha Nabi Muhammad SAW periode Madinah dalam membangun
masyarakat. Standar Kompetensi yang dapat kita rumuskan yaitu peserta didik memahami,
menghayati dan menampilkan perilaku yang berkaitan dengan sejarah Nabi Muhammad
SAW periode Madinah dalam
membangun masyarakat.
Sedangkan Kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik yaitu mampu mendeskripsikan sejarah
Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan
perdagangan, merespon sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat
dengan keadaan saat ini, menunjukkan perilaku yang berkaitan dengan sejarah
Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat.
Dari SK dan KD tersebut kemudian
dijabarkan menjadi rumusan-rumusan indikator untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah menguasai atau belum. Rumusan ini juga sebagai dasar apakah tujuan
pembelajaran sudah tercapai atau belum. Indikator yang dapat dirumuskan dari SK
dan KD di atas yaitu peserta didik mampu menjelaskan
sebab-sebab nabi Muhammad SAW berhijrah, mengidentifikasi usaha-usaha Nabi Muhammad
SAW dalam membangun masyarakat, mengaitkan sejarah usaha pembangunan masyarakat
oleh Nabi Muhammad SAW dengan kehidupan saat ini, menunjukkan hikmah
mempelajari sejarah usaha pembangunan masyarakat oleh Nabi Muhammad SAW,
mendemonstrasikan kegiatan perekonomian sesuai dengan Islam.
Langkah selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter yang
diambil dari Pusat Kurikulum (2009) ada 18 yaitu:
1)
Religius,
2)
Jujur,
3)
Toleransi,
4)
Disiplin,
5)
Kerja keras,
6)
Kreatif,
7)
Mandiri,
8)
Demokratis,
9)
Rasa Ingin Tahu,
10)
Semangat Kebangsaan,
11)
Cinta Tanah Air,
12)
Menghargai Prestasi,
13)
Bersahabat/Komunikatif,
14)
Cinta Damai,
15)
Gemar Membaca,
16)
Peduli Lingkungan,
17)
Peduli Sosial,
18)
Tanggung Jawab
Namun seorang guru PAI dapat menambahkan nilai-nilai lain
yang bersumber dari Al quran, adat
istiadat, serta buku-buku yang relevan.
2. Rumusan
Materi
Rumusan materi yang akan diajarkan sebaiknya
juga mencakup tiga ranah yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pada aspek
psikomotorik dan afektif, guru PAI dapat membuat sebuah ilustrasi untuk
memancing respon dari peserta didik. Seperti Kegiatan
perekonomian saat ini yang semakin kompleks seperti bank, kredit dan lain-lain
dengan banyaknya bunga ataupun riba jika dilihat dari perspektif Islam terutama
perdagangan yang pernah dilakukan oleh NabiMuhammad SAW di madinah.
3.
Strategi
Komponen strategi meliputi strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
dan pendekatan. Seorang guru PAI dapat menggunakan berbagai macam strategi yang
ada baik dari buku-buku maupun pengembangan strategi yang dibuat oleh guru itu
sendiri. Strateginya pun dapat dikombinasikan. Sebagai contoh kombinasi penampilan peran,
kuis tim. Strategi catatan terbimbing digunakan untku memudahkan peserta didik
dalam memperhatikan materi pelajaran. Strategi kuis tim dibuat untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
peserta didik atas apa yang mereka pelajari dengan cara menyenangkan dan tidak
mengancam atau tidak membuat mereka takut.[6]
Sedangkan strategi penampilan peran bertujuan untuk menstimuli diskusi tentang
nilai dan sikap.[7]
Pendekaatan
yang digunakan yaitu pendekatan dari aspek kognitif yaitu rasional dan discovery, dari aspek afektif yaitu
pendekatan nilai seperti etis dan
keteladanan, dan dari aspek psikomotorik dapat menggunakan pendekatan cooperative. Dengan berdasarkan hal-hal
tersebut di atas, seorang guru kemudian menyusun langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan di kelas.
4. Media
Seorang guru PAI harus mampu mendayagunakan sarana dan prasarana yang ada
di lingungan sekolah baik itu proyektor, boneka, air untuk wudhu dan lain-lain.
Sarana pembelajran tersebut sangat penting guna mendukung berjalannya aktivitas pembelajaran yang maksimal.
5. Evaluasi
Evaluasi diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan yang dipertunjukkan oleh unjuk kerja peserta didik.[8]
Dengan kata lain, evaluasi yang dilakukan oleh guru harus berpatokan pada
indikator-indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Apabila semua tujuan
sudah dapat dicapai, maka efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam
mata pelajaran PAI dianggap berhasil dengan baik.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Dari berbagai uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa PAI merupakan mata pelajaran yang berorientasi untuk
menumbuhkan kesadaran peserta didik dalam mengembangkan fitrah yang ada pada
dirinya. Fitrah tersebut ada lima yaitu Illahiyah/ tauhidiyah, abdiyah,
khalifiyah, aqliyah, dan jasadiyah.
Implikasinya, PAI sebagai mata pelajaran
agama harus menanamkan akhlak yang baik pada peserta didik dengan mengenalkan,
memilihkan, dan menetapkan nilai-nilai Islam pada peserta didik. Nilai tersebut
akan menjadi pegangan bagi peserta didik untuk melaksanakan aktivitasnya
sehari-hari di masyarakat.
Implementasi pendekatan pembelajaran
nilai dalam PAI dapat dituangkan dalam bentuk rencana pembelajaran dalam RPP
sehingga sebelum guru mengajar, ia harus mempertimbangkan berbagai komponen
dalam pembelajaran dengan pendekatan nilai tersebut. Adapun komponen sistem
pembelajaran yang berlandaskan pendekatan pembelajaran nilai ada lima yaitu kompetensi,
rumusan materi, strategi, media, dan evaluasi. Setiap komponen tersebut minimal
harus bersinggungan dengan tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk membentuk perilaku menetap pada diri peserta didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Umiarso
dan Fathoni Makmur. 2010. Pendidikan
Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern. Yogyakarta: IRCiSoD
Uno,
Hamzah B.. 2006. Orientasi Baru dalam
Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Silberman,
Melvin L.. 2011. Active Learning:101 Cara
Belajar Peserta didik Aktif. Bandung: Nusamedia
Zuriah,
Nurul.2007. Pendidikan Moral dan Budi
Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta:PT Bumi Aksara
[1]
Umiarso dan Fathoni Makmur. Pendidikan
Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern. (Yogyakarta: IRCiSoD,2010),
hlm. 39-40
[2]
Kuliah ibu Drs.Susilaningsih, MA. Dosen Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (materi disampaikan pada saat
perkuliahan berlangsung)
[3]
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi
Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 19
[4] Hamzah
B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi
Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2006) hlm. 139
[5]
Kuliah ibu Drs. Susilaningsih, MA. Dosen Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (materi disampaikan pada saat
perkuliahan berlangsung)
[6]
Melvin L. Silberman, Active Learning:101 Cara Belajar Peserta didik Aktif,
diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nusamedia, 2011), Cet. Ke-IV,
hlm. 175
[7] Melvin
L. Silberman,..., hlm. 220
[8] Hamzah
B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi
Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2006) hlm. 149
Tidak ada komentar:
Posting Komentar