Teks Musabaqah Syarhil Quran (MSQ)
Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji bagi
Allah SWT
Salawat serta salam semoga tercurah pada
junjungan Nabi agung Muhammad SAW.
Ma'ashirol
Muslimin Rohimakumullah……
Sebelumnya
mari kita dengarkan sepenggal ayat dari Al
Qur’anulkarim. Ayat yang sangat tidak asing bagi kita, yang turun pertama kali
sebagai penerang seluruh alam semesta.
1. bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Itulah lima
ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara malaikat Jibril. Ayat yang akan merombak dan mengubah paradigma umat
manusia tentang pentingnya ilmu. Melalui ayat ini, Nabi Muhammad SAW beserta
seluruh umat manusia khususnya umat Islam diperintahkan untuk membaca.
Membaca tidak hanya dimaknai secara harfiah,
hanya melafazkan a,i,u,e,o saja. Namun dalam arti yang lebih luas lagi yaitu
meneliti, mengobservasi, dan mempelajari ayat-ayat Allah di alam semesta.
Dengan kata lain membaca diartikan sebagai usaha untuk menuntut ilmu guna
memajukan peradaban manusia khususnya peradaban Islam. Jadi, menuntut ilmu itu
merupakan salah satu perintah yang mula-mula ditekankan oleh allah SWT.
Ma'ashirol
Muslimin Rohimakumullah……
Dengan
menuntut ilmu pengetahuan kita akan mendapatkan hikmah-hikmah yang tidak
sedikit. Seperti dalam potongan QS. Al Mujaadilah ayat 11 berikut:
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat tersebut menyebutkan salah satu hikmah
orang-orang yang berilmu yaitu Allah akan meninggikan orang-orang yang berilmu
beberapa derajat. Orang yang beriman dan berilmu memiliki nilai lebih jika
dibandingkan dengan orang beriman namun tidak berilmu. Dengan ilmunya itu ia
dapat mengetahui apa maksud dan tujuan dari perintah-perintah Allah melalui
ayat-ayat-Nya, sehingga orang mukmin yang berilmu tidak hanya menjalankan
perintah belaka tanpa tahu maksud dan tujuannya. Ia akan akan mencoba untuk
mendedah apa hikmah dan makna dibalik perintah-perintah Allah tersebut.
Oleh
karena itu terlihat ada perbedaan antara orang berilmu dan tidak berilmu,
sesuai dengan firman Allah:
Artinya:
Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Ma'ashirol
Muslimin Rohimakumullah……
Hikmah lain dari orang yang berilmu
yaitu ia mendapatkan pahala yang tidak terputus-putus. Seperti sabda Nabi
Muhammad SAW:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ
عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ
إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ،
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia meninggal maka semua amalannya terputus kecuali tiga
perkara: Kecuali sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, atau anak saleh
yang mendoakan untuknya.” (HR. Muslim)
Rasionalisasinya
adalah seorang mukmin yang berilmu mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada
orang lain dan diamalkan. Dan apa yang terjadi... Subhanallah.... Orang yang
diajari tersebut mengajarkan lagi ilmunya kepada orang lain dan seterusnya,
sehingga terlihat akan ada rentetan orang-orang yang menuntut ilmu dan
mengamalkannya. Dengan begitu pahala akan terus mengalir bagaikan air yang
mengalir menuju muaranya di pantai.
Namun tentunya
ikhitiar kita dalam menuntut ilmu juga harus diiringi dengan do’a agar Allah
memberikan tambahan ilmu dan berkah kepada kita. Allah sendiri telah
mengajarkan bagaimana kita berdoa kepada-Nya seperti dalam ayat berikut:
"Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan."
Ma'ashirol
Muslimin Rohimakumullah……
Sebelum kami akhiri, marilah kami ajak para
hadirin untuk merefleksi kembali sejarah saat umat Islam pada masa tersebut
mencapai puncak kejayaan. Ya..., masa dimana umat Islam menjadi leader
di dunia ini. Saat itu bani Umayyah, Bani Abassiyah dan lainnya menjadi tolok
ukur peradaban dunia. Semua itu tidak lain karena perhatian yang sangat besar
terhadap ilmu pengetahuan dengan dilandasi iman dan taqwa. Banyak orang-orang
Eropa yang datang ke Jazirah Arab hanya untuk menuntut ilmu dan mempelajari
kitab-kitab dari dua kerajaan besar ini. Banyak juga cendikiawan-cendikiawan
yang ada saat itu seperti Al Khawarismi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, al Abatani dan
lain-lain.
Namun apa yang terjadi saat ini? Semua itu
berbalik 180 derajat. Umat Islam yang dulunya berjaya kini telah tertinggal.
Salah satu faktornya tidak lain adalah kurangnya perhatian pada ilmu
pengetahuan di kalangan umat Islam. Coba kita tengok negara-negara Eropa yang
dulunya belajar pada kita, sekarang mereka telah maju terutama dari segi iptek.
Untuk itu, Ummat
Islam harus kembali giat menuntut ilmu dengan berlandaskan Al Quran dan Hadits.
Bolehlah kita mengutip kata-kata mutiara
“Ilmu tanpa agama itu buta sedangkan agama tanpa ilmu itu lumpuh” yang
menunjukkan bahwa iman dan ilmu berjalan saling beriringan.
Subhaanalloh maksish ijin Copy
BalasHapusIjin copas ka
BalasHapus