MATERI INTERNALISASI HADITS DALAM KEHIDUPAN
BIRRUL WALIDAIN
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua. Sebagai sumber hukum
Islam yang kedua maka hadits dapat berfungsi sebagai penjelas Al quran. Sebagai penjelas AL Quran maka hadits semakin
memberikan gambaran dan aturan secara teknis serta menguatkan aturan-aturan
yang sudah ada di dalam Al Quran.
Salah satu perintah dalam al Quran yaitu berbakti kepada orang tua. Banyak
sekali hadits-hadits yang menerangkan pentingnya berbakti kepada orang tua.
Bahkan berbakti kepada orang tua merupakan salah satu amalan yang dicintai oleh
Allah diantara amalan-amalan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah
SAW:
Dari Abu Abdirrahman
iaitu Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: Saya bertanya kepada Nabi s.a.w.:
"Manakah amalan yang lebih tercinta di sisi Allah?" Beliau menjawab: "Iaitu
shalat menurut waktunya." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?"
Beliau menjawab: "Berbakti kepada orang tua." Saya bertanya pula:
"Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Iaitu berjihad fisabilillah."
(Muttafaq 'alaih)
Dari hadits tersebut terlihat bahwa ada tiga amalan
utama yang dicintai oleh Allah yaitu :
1.
Salat tepat waktu
2.
Berbakti kepada orangtua
3.
Jihad fisabilillah
Jadi berbakti kepada orang tua merupakan amalan kedua
yang dicintai oleh Allah SWT. Bahkan lebih utama berbakti kepada orang tua
ketimbang jihad di medan perang. Sesuai hadits berikut ini:
Seorang
datang kepada Nabi Saw. Dia mengemukakan hasratnya untuk ikut berjihad. Nabi
Saw bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua orangg
tua?" Orang itu menjawab, "Masih." Lalu Nabi Saw bersabda,
"Untuk kepentingan mereka lah kamu berjihad." (Mutafaq'alaih)
Penjelasan: Maksud
dari hadits tersebut adalah Nabi Saw melarangnya ikut berperang karena dia
lebih diperlukan kedua orang tuanya untuk mengurusi mereka.
Sedangkan untuk
urutannya, Nabi Muhammad SAW mencontohkan sesuai dengan hadits berikut:
Dari Abu Hurairah r.a. lagi, katanya: "Ada seorang lelaki
datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, siapakah
orang yang paling berhak untuk saya persahabati dengan sebaik-baiknya - yakni
siapakah yang lebih utama untuk dihubungi secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia
bertanya lagi: "Lalu siapakah?" Beliau menjawab: "Ibumu."
Orang itu sekali lagi bertanya: "Kemudian siapakah?" Beliau menjawab
lagi: "Ibumu." Orang tadi bertanya pula: "Kemudian siapa
lagi." Beliau menjawab: "Ayahmu." (Muttafaq 'alaih)
Dari hadits di
atas disebutkan ibu sebanyak 3 kali kemudian ayah. Hal ini dikarenakan ibu
merupakan orang yang mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, yang menyusui
selama 2 tahun dan mendidik serta mengasuh kita dari bayi sampai kita tumbuh
dewasa. Kita tidak bisa membayangkan betapa besar pengorbanan ibu dalam menjaga
dan merawat kita.
Rasulullah SAW juga memuliakan para ibu melalui
sabdanya:
اِلْزَمْهَا فَإِنَّ اْلجَنَّةَ تَحْتَ أَقْدَامِهَا
Berbaktilah terus kepadanya (sang ibu) karena surga itu berada di
bawah telapak kakinya."
Pentingnya
berbakti kepada kedua orang tua juga dapat dilihat dari riwayat berikut:
Keridhaan Allah
tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada
murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)
Selain itu, seseorang dapat masuku surga atau tidak juga tergantung
bagaimana ia berbakti kepada orang tua. Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua
orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu
atau nerakamu." (HR. Ibnu Majah)
Penjelasan:
Kalau berbakti masuk surga dan kalau bersikap durhaka kepada mereka masuk neraka.
Penjelasan:
Kalau berbakti masuk surga dan kalau bersikap durhaka kepada mereka masuk neraka.
AWAS DURHAKA!!!
Durhaka berarti berani, membangkang, benci kepada orang
tua, melawan setiap perintah mereka dan tidak taat kepada mereka. Hal ini jelas
bertentangan dengan Islam. Islam sangat mewanti-wanti untuk jangan sekali-kali
durhaka kepada orang tua. Ada beberapa akibat yang akan diperoleh jika seorang
anak durhaka kepada orang tuanya:
1.
Kufur
Salah
satu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
Jangan
mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa mengabaikan orang
tuanya maka dia kafir. (HR. Muslim)
Yang dimaksud disini adalah kufur nikmat bukan kufur akidah. Namun meskipun kufur nikmat, hal ini juga dapat mengantarkan pada kufur akidah. Bahkan Allah sangat membenci orang yang kufur nikmat. Dalam QS. Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman:
Yang dimaksud disini adalah kufur nikmat bukan kufur akidah. Namun meskipun kufur nikmat, hal ini juga dapat mengantarkan pada kufur akidah. Bahkan Allah sangat membenci orang yang kufur nikmat. Dalam QS. Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman:
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
dan (ingatlah juga), tatkala Tuhaonmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih".
2.
Mendapat
dosa besar
Durhaka kepada kedua orang tua
merupakan dosa besar. Dari Abdullah bin Amr bin
al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w, bersabda:
"Dosa-dosa
besar itu ialah menyekutukan kepada Allah, berani kepada kedua orangtua,
membunuh seseorang - tidak sesuai dengan haknya - serta bersumpah secara
palsu." (Riwayat Bukhari
3.
Terputus
rezekinya
Apabila
seorang meninggalkan do'a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya.
(HR. Ad-Dailami)
4.
Masuk
Neraka
Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Melekat pada tanahlah hidungnya, melekat pada tanahlah hidungnya, sekali
lagi melekat pada tanahlah hidungnya - maksudnya memperolehi kehinaan besarlah
- orang yang sempat menemui kedua orangtuanya di kala usia tua, baik salah satu
atau keduanya, tetapi orang tadi tidak dapat masuk syurga - sebab tidak
berbakti kepada orangtuanya." (Riwayat Muslim)
Barangsiapa
menisbatkan keturunan dirinya kepada selain ayahnya sendiri dan dia
mengetahuinya bahwa dia bukan ayah yang sebenarnya maka surga diharamkan
baginya. (HR. Muslim)
BERBAKTI KEPADA
ORANG TUA YANG SUDAH MENINGGAL DUNIA
Meskipun orang
tua sudah meninggal dunia, kita masih diperintahkan untuk berbakti kepada orang
tua. Ada satu riwayat yang membahas masalah ini.
Dari Abu Usaid - dengan
dhammahnya hamzah dan fathahnya sin - iaitu Malik bin Rabi'ah as-Sa'idi r.a.,
katanya: "Pada suatu ketika kita semua duduk-duduk di sisi Rasulullah
s.a.w., tiba-tiba datanglah kepadanya seorang lelaki dari Bani Salamah. Orang
itu bertanya: "Ya Rasulullah, apakah masih ada sesuatu amalan yang dapat
saya amalkan sebagai kebaktian saya kepada dua orang tuaku setelah keduanya
meninggal dunia?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, masih ada. Iaitu
mendoakan keselamatan untuk keduanya, memohonkan pengampunan kepadanya,
melaksanakan janji kedua orang itu setelah wafatnya, mempereratkan hubungan
kekeluargaan yang tidak dapat dihubungi kecuali dengan adanya kedua orang tua
itu serta memuliakan sahabatnya." (Riwayat Abu Dawud)
Menurut
riwayat tersebut, berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1.
Mendoakan keselamatan untuk keduanya dan memohon
pengampunan untuk keduanya
2.
Melaksanakan janji keduanya
3.
Mempererat hubungan kekeluargaan dan memuliakan
sahabatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar