Entri Populer

Rabu, 17 Oktober 2012

INTERNALISASI HADITS DALAM KEHIDUPAN BIRRUL WALIDAIN


MATERI INTERNALISASI HADITS DALAM KEHIDUPAN
BIRRUL WALIDAIN


BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua. Sebagai sumber hukum Islam yang kedua maka hadits dapat berfungsi sebagai penjelas Al quran.  Sebagai penjelas AL Quran maka hadits semakin memberikan gambaran dan aturan secara teknis serta menguatkan aturan-aturan yang sudah ada di dalam Al Quran.

Salah satu perintah dalam al Quran yaitu berbakti kepada orang tua. Banyak sekali hadits-hadits yang menerangkan pentingnya berbakti kepada orang tua. Bahkan berbakti kepada orang tua merupakan salah satu amalan yang dicintai oleh Allah diantara amalan-amalan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:
Dari Abu Abdirrahman iaitu Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: Saya bertanya kepada Nabi s.a.w.: "Manakah amalan yang lebih tercinta di sisi Allah?" Beliau menjawab: "Iaitu shalat menurut waktunya." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Berbakti kepada orang tua." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Iaitu berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
Dari hadits tersebut terlihat bahwa ada tiga amalan utama yang dicintai oleh Allah yaitu :
1.      Salat tepat waktu
2.      Berbakti kepada orangtua
3.      Jihad fisabilillah
Jadi berbakti kepada orang tua merupakan amalan kedua yang dicintai oleh Allah SWT. Bahkan lebih utama berbakti kepada orang tua ketimbang jihad di medan perang. Sesuai hadits berikut ini:
Seorang datang kepada Nabi Saw. Dia mengemukakan hasratnya untuk ikut berjihad. Nabi Saw bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua orangg tua?" Orang itu menjawab, "Masih." Lalu Nabi Saw bersabda, "Untuk kepentingan mereka lah kamu berjihad." (Mutafaq'alaih)
Penjelasan: Maksud dari hadits tersebut adalah Nabi Saw melarangnya ikut berperang karena dia lebih diperlukan kedua orang tuanya untuk mengurusi mereka.

Sedangkan untuk urutannya, Nabi Muhammad SAW mencontohkan sesuai dengan hadits berikut:
Dari Abu Hurairah r.a. lagi, katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya persahabati dengan sebaik-baiknya - yakni siapakah yang lebih utama untuk dihubungi secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Lalu siapakah?" Beliau menjawab: "Ibumu." Orang itu sekali lagi bertanya: "Kemudian siapakah?" Beliau menjawab lagi: "Ibumu." Orang tadi bertanya pula: "Kemudian siapa lagi." Beliau menjawab: "Ayahmu." (Muttafaq 'alaih)
Dari hadits di atas disebutkan ibu sebanyak 3 kali kemudian ayah. Hal ini dikarenakan ibu merupakan orang yang mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, yang menyusui selama 2 tahun dan mendidik serta mengasuh kita dari bayi sampai kita tumbuh dewasa. Kita tidak bisa membayangkan betapa besar pengorbanan ibu dalam menjaga dan merawat kita.
Rasulullah SAW juga memuliakan para ibu melalui sabdanya:
 اِلْزَمْهَا فَإِنَّ اْلجَنَّةَ تَحْتَ أَقْدَامِهَا
Berbaktilah terus kepadanya (sang ibu) karena surga itu berada di bawah telapak kakinya."

Pentingnya berbakti kepada kedua orang tua juga dapat dilihat dari riwayat berikut:
Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)
Selain itu, seseorang dapat masuku surga atau tidak juga tergantung bagaimana ia berbakti kepada orang tua. Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." (HR. Ibnu Majah)
Penjelasan
:
Kalau berbakti masuk surga dan kalau bersikap durhaka kepada mereka masuk neraka.

AWAS DURHAKA!!!
Durhaka berarti berani, membangkang, benci kepada orang tua, melawan setiap perintah mereka dan tidak taat kepada mereka. Hal ini jelas bertentangan dengan Islam. Islam sangat mewanti-wanti untuk jangan sekali-kali durhaka kepada orang tua. Ada beberapa akibat yang akan diperoleh jika seorang anak durhaka kepada orang tuanya:
1.    Kufur
Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa mengabaikan orang tuanya maka dia kafir. (HR. Muslim)
Yang dimaksud disini adalah kufur nikmat bukan kufur akidah. Namun meskipun kufur nikmat, hal ini juga dapat mengantarkan pada kufur akidah. Bahkan Allah sangat membenci orang yang kufur nikmat. Dalam QS. Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman:
øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ  
dan (ingatlah juga), tatkala Tuhaonmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

2.    Mendapat dosa besar
Durhaka kepada kedua orang tua merupakan dosa besar. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w, bersabda:
"Dosa-dosa besar itu ialah menyekutukan kepada Allah, berani kepada kedua orangtua, membunuh seseorang - tidak sesuai dengan haknya - serta bersumpah secara palsu." (Riwayat Bukhari

3.    Terputus rezekinya
Apabila seorang meninggalkan do'a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya. (HR. Ad-Dailami)
4.    Masuk Neraka
Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Melekat pada tanahlah hidungnya, melekat pada tanahlah hidungnya, sekali lagi melekat pada tanahlah hidungnya - maksudnya memperolehi kehinaan besarlah - orang yang sempat menemui kedua orangtuanya di kala usia tua, baik salah satu atau keduanya,  tetapi orang tadi tidak dapat masuk syurga - sebab tidak berbakti  kepada orangtuanya." (Riwayat Muslim)
Barangsiapa menisbatkan keturunan dirinya kepada selain ayahnya sendiri dan dia mengetahuinya bahwa dia bukan ayah yang sebenarnya maka surga diharamkan baginya. (HR. Muslim)












BERBAKTI KEPADA ORANG TUA YANG SUDAH MENINGGAL DUNIA
Meskipun orang tua sudah meninggal dunia, kita masih diperintahkan untuk berbakti kepada orang tua. Ada satu riwayat yang membahas masalah ini.
Dari Abu Usaid - dengan dhammahnya hamzah dan fathahnya sin - iaitu Malik bin Rabi'ah as-Sa'idi r.a., katanya: "Pada suatu ketika kita semua duduk-duduk di sisi Rasulullah s.a.w., tiba-tiba datanglah kepadanya seorang lelaki dari Bani Salamah. Orang itu bertanya: "Ya Rasulullah, apakah masih ada sesuatu amalan yang dapat saya amalkan sebagai kebaktian saya kepada dua orang tuaku setelah keduanya meninggal dunia?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, masih ada. Iaitu mendoakan keselamatan untuk keduanya, memohonkan pengampunan kepadanya, melaksanakan janji kedua orang itu setelah wafatnya, mempereratkan hubungan kekeluargaan yang tidak dapat dihubungi kecuali dengan adanya kedua orang tua itu serta memuliakan sahabatnya." (Riwayat Abu Dawud)
Menurut riwayat tersebut, berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1.      Mendoakan keselamatan untuk keduanya dan memohon pengampunan untuk keduanya
2.      Melaksanakan janji keduanya
3.      Mempererat hubungan kekeluargaan dan memuliakan sahabatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar