Entri Populer

Minggu, 21 Juli 2013

Birrul Walidain



BIRRUL WALIDAIN
 
Birrul walidain atau sering orang berkata berbaik kepada orang tua. secara tekstual dapat dilihat dalam Al Quran antara lain dalam ayat berikut:
1.        QS. Luqman : 14-15
2.        QS. Al Ankabut: 8
3.        QS. Al Isra’ : 23-24
Lalu hadits-hadits Rasulullah Muhammad SAW sebagai berikut:
Dari Abu Abdirrahman iaitu Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: Saya bertanya kepada Nabi s.a.w.: "Manakah amalan yang lebih tercinta di sisi Allah?" Beliau menjawab: "Iaitu shalat menurut waktunya." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Berbakti kepada orang tua." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Iaitu berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. lagi, katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya persahabati dengan sebaik-baiknya - yakni siapakah yang lebih utama untuk dihubungi secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Lalu siapakah?" Beliau menjawab: "Ibumu." Orang itu sekali lagi bertanya: "Kemudian siapakah?" Beliau menjawab lagi: "Ibumu." Orang tadi bertanya pula: "Kemudian siapa lagi." Beliau menjawab: "Ayahmu." (Muttafaq 'alaih)

Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." (HR. Ibnu Majah)

Bagaimana jika dikonteks-kan dengan kehidupan yang lebih luas. Ternyata hidup menempati sebuah wilayah yang sering dinamakan dengan “ibu pertiwi”. Atau kita juga sering menggunakan bahasa daerah asli yang katanya disebut “bahasa ibu”. Semisal suku Jawa bahasa ibunya basa Jawa, Sunda dengan baahasa Sundanya, Betawi, Madura, Minangkabau Melayu, sampai Papua memiliki “ibunya” masing-masing yang membentuk sebuah keluarga. Lalu apakah birrul walidain yang dimaksud bisa dikaitkan dengan hal tersebut? Sebagaimana kita berbakti kepada ibu-bapak?
Kemudian keluarga-keluarga tersebut berkumpul dan menjelma menjadi sebuah keluarga besar yang disebut Indonesia. Sebuah keluarga dengan kekuatan yang luar biasa jika mereka saling bersinergi antara satu dengan yang lain.
Sebagai anggota keluarga, pepatah dari Jawa mungkin bisa mengiterpretasikan bagaimana seharusnya kita menghadapi realitas global. Orang Jawa bilang mikul dhuwur mendhem jero. Bagaimana mikul dhuwur menjunjung tinggi harkat dan martabat keluarga dan mendhem jero sebisa mungkin mengubur kejelekan-kejelekan yang terdapat di dalam sebuah keluarga. Bukan berarti untuk dumeh, sombong atau apa, melainkan hanya menjaga agar harkat dan martabat jangan sampai jatuh dan terinjak-injak. Tidak untuk minder dengan budaya lain, lebih percaya diri, meski pun berbeda dengan yang lain. Bukankah setiap ciptaan memang ditakdirkan untuk berbeda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar