Entri Populer

Sabtu, 14 April 2012

Teori Belajar dan Tingkah Laku

A. Teori Belajar dan Tingkah Laku
1. E.L. Thorndike : The Law of Effect
Teorinya dikenal dengan connectionism. Dia berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses stamping in, forming, hubungan antara stimulus dan respon. Hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat jika dilakukan latihan berkali-kali yang disebut dengan law of exercise.
Menurut Thorndike faktor penting dalam belajar adalah pemberian reward sebagai penguatan dalam belajar sedangkan hukuman akan justru akan memperlemah dan tidak memberikan efek apa-apa.


2. Ivan Pavlow : Classical Conditioning
Ia mengemukakan ada beberapa istilah persyaratan yaitu  :
-       Stimulus tak bersyarat (unconditioned stimulus/ UCS)
Yaitu perangsang yang secara alami dapat menimbulkan respon tertentu.
-       Stimulus bersyarat (conditioned stimulus/ CS)
Yaitu perangsang yang secara alami tidak menimbulkan respon tertentu namun melalui proses persyaratan dapat menimbulkan respon tertentu.
-       Respon tak bersyarat (unconditioned respons/ UCR)
Yaitu respon yang secara alami timbul karena stimulus tak bersyarat
-       Respon bersyarat (conditioned respons/ CR)
Yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang bersyarat
Ivan Pavlow meneliti anjing yang mengeluarkan air liur ketika diberi makan. Ini adalah hubungan UCS (makanan) dengan UCR (air liur). Ketika dibunyikan lonceng saja, anjing tidak mengeluarkan air liur. Ketika diberi makan (UCS) sambil dibunyikan lonceng (CS) anjing berliur (UCR). Setelah beberapa kali perlakuan (32 kali), hanya dibunyikan lonceng saja anjing sudah berliur (CR).
Dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
-  Penyajian CS harus segera diikuti oleh UCS
-  Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai CR terbentuk

3. J.B. Watson
Belajar adalah suatu proses dari conditioning reflect (respon) melalui pergantian dari stimulus kepada yang lain. Ia mendasarkan teorinya pada penemuan Ivan Pavlow. Misal anak tidak takut tikus namun setelah ada tikus yang diikuti suara keras anak menjadi takut. Dampaknya adalah anak jadi takut ketika melihat tikus. Jika dalam kelas, seorang siswa belajar bersikap negatif terhadap suatu mata pelajaran karena pengalaman yang tidak menyenangkan, misalkan pernah dimarahi.

4. B.F. Skinner : Operant Conditioning
Berlandaskan pada teorinya Thorndike yaitu belajar dengan penguatan (reinforcement). Penggunaan istilah reinforcement dirasa lebih netral daripada reward.
Jika Pavlow mengatakan hubungan antara tingkah laku dengan stimuli khusus, maka Skinner memperkenalkan hubungan antara tingkah laku dengan konsekuen. Ia beranggapan bahwa hal tersebut lebih luas daripada stimuli khusus. Skinner mengistilahkan dengan operant conditioning.
Ia mengemukakan bahwa konsekuensi menyenangkan akan memperkuat tingkah laku sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku.

4.1. Generalisasi
Generalisasi adalah kecenderungan organisme untuk memberikan respon tidak saja terhadap stimulus yang dilatih, tetapi juga terhadap stimulus lain yang berhubungan.
4.2. Diskriminasi
Diskriminasi adalah belajar memberikan respon terhadap suatu stimulus dan tidak merespon terhadap stimulus lain meskipun stimulus tersebut berhubungan dengan stimulus pertama. 


5. Prosedur Mengembangkan Tingkah Laku
Dalam Mengembangkan reinforcement untuk memperkuat tingkah laku terdapat dua metode yang dapat mempengaruhi pola-pola tingkah laku yaitu:
5.1. Shaping (membentuk tingkah laku)
Sebagian besar apa yang dipelajari disekolah adalah urutan tingkah laku yang kompleks. Tingkah laku yang kompleks dapat diajarkan melalui proses shaping atau successive approximation (menguatkan komponen-komponen respon final dalam usaha mengarahkan subyek pada respon final tersebut).
Shaping merupakan proses yang menyangkut pembentukan respon tertentu dari respon  yang bermacam-macam. Mula-mula respon diberikan pada semua gerakan, kemudian gerakan tertentu, kemudian hanya diberikan pada gerakan yang lebih khusus dan seterusnya.
Adapun langkah-langkah shaping pertama-tama pastikan tingkah laku akhir yang diinginkan. Kemudian, buat analisa tugas. Langkah apa yang harus dicapai oleh siswa untuk dicapai pada tingkah laku akhir ini. kemudian, reinforcer hanya diberikan pada tingkah laku yang makin lama  maikin mendekati tingkah laku akhir.
5.2. Modeling (pemodelan)
Modeling adalah suatu bentuk belajar yang dapat diterangkan secara cepat oleh classical conditioning maupun oleh operant conditioning. Dalam modeling seorang belajar denga menyaksikan tingkah laku dari orang lain (yang juga dapat disebut belajar dengan pengajaran langsung). Manusia mungkin belajar meniru karena kita di reinforced untuk melakukannya (langsung dengan meniru model). Selain itu, modeling pun juga dapat terjadi tanpa reinforced langsung seperti melalui media masa.


6. Prosedur Mengontrol Atau Menghilangkan Tingkah Laku
Sering kali siswa memperoleh tingkah laku yang bersifat negative yang dapat merusak lingkungan kelas. Berikut terdapat beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk mengontrol atau menghilangkan tingkah laku siswa:
6.1. Reinforcing Competing Behaviors (memperkuat tingkah laku bersaing)
6.2. Ekstinction (penghapusan)
Eksitinction ialah proses dimana seorang operant yang terbentuk tidak dapat reinforcement lagi. Dalam teori Pavlow diatas diterangkan bahwa bila penyajuan CS berulang-ulang tidak diikuti penyajian US (tidak ada reinforcement), CR makin lama makin hilang. Dan yang perlu diperhatikan guru, bahwa selama permulaan tahap Ekstinction, tingkah laku yang diinginkan akan lebih buruk jika tidak segera diperbaiki.
6.3. Satiation (pemuasan yang sempurna terhadap suatu hal)
Satiation merupakan suatu prosedur yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu secara terus menerus sampai lelah. Dalam teori Pavlow disebutkan, penyajian US yang terlampau banyak menyebabkan organism sensitive, sehingga respon yang sama cenderung diulangi bila diberi stimulus baru.
6.4. Changing the Stimulus Environment (mengubah stimuli lingkungan)
Seorang guru harus mengkondisikan kelas untuk mendukung proses belajar. Misal meminimalkan suara-suara yang mengganggu.
6.5. Punishment and Reward (hukuman dan penghargaan)


7. Penerapan Teori Tingkah Laku di dalam Kelas: Mengembangkan Suatu Program Pengubahan Tingkah Laku
Langkah Dasar Untuk Mengubah Tingkah Laku
Berikut ini adalah beberapa langkah yang dianjurkan oleh para ahli tingkah laku bagi guru yang akan menganalisis dan memodifikasi tingkah laku:
a.        Mendefinisikan dan menyatakan secara operasional tingkah laku yang dapat diubah
Definisikan secara eksplisit tingkah laku yang akan diubah dan ketahui secara tepat  apa yang kita inginkan dari anak untuk melakukan sesuatu, sehingga kita dapat memperkuat tingkah laku yang tepat.
b.        Memperoleh suatu gambaran dari tingkah laku tingkat operant  dimana kita memperhatikan untuk mengubah
Sebelum kita menghilangkan tingkah laku khusus, catat frekuensinya. Kemudian kita dapat menentukan sesudah menghilangkan tingkah laku itu apakah tingkah laku itu sudah dimodifikasi.
c.         Mengatur situasi belajar atau situasi perlakuan sehingga tingkah laku yang kita inginkan terjadi
Sebelum memulai reinforcement  untuk tingkah laku yang tepat cobalah periksa untuk menentukan apakah individu dapat mengatasi hambatan sehingga sampai pada tingkah laku yang diinginkan.
d.        Mengidentifikasi reinforce yang potensial
Suatu stimuli tidak diperkuat secara tepat. Selain itu apabila diperkuat pada suatu waktu tidak akan diperkuat lagi.
e.         Membentuk dan/atau memperkuat tingkah laku yang diinginkan, dan jika perlu menggunakan prosedur memperlemah tingkah laku yang tidak tepat
Pada awalnya tingkah laku yang diinginkan harus diperkuat setiap kali sampai tingkah laku itu diasumsikan memperkuat secara tepat. Sekali ini terjadi kita dapat mengubah jadwal reinforcement. Jika siswa tidak dapat mengubah tingkah laku yang diinginkan, tingkah laku yang benar-benar sukses diidentifikasikan dan diperkuat secara tepat.
f.          Menyusun catatan dari tingkah laku yang diperkuat untuk menentukan apakah penguatan atau frekuensi dari respon bertambah
Dengan membandingkan kemajuan pada waktu perlakuan (treatment) atau pada waktu belajar pada awal atau pada pertengahan belajar, kita akan tahu apakah kemungkinan reinforcement akan mempunyai dampak pada modifikasi tingkah laku. Jika reinforcement tidak berpengaruh pada tingkah laku, kita harus menentukan mengapa hal itu terjadi kemudian membuat penyesuaian.

Sumber :
Disadur dari Buku Psikologi Pendidikan karya Sri Esthi Wuryani Djiwandono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar