ALHAMDULILLAH
Alhamdulillahirobbil’alamin. Sebuah kalimat yang dahsyat. Kalimat yang menunjukkan rasa
syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai kenikmatan luar biasa
yang tidak dapat terhitung jumlahnya. Bahkan seumur hidup kita tidak mungkin
dapat menghitung nikmat-nikmat tersebut.
Kalimat tersebut juga menunjukkan
pengakuan ketidakberdayaan kita dihadapan Allah Rabb Semesta Alam yang
menciptakan, mengatur, menjaga, merawat menumbuhkan dan me- me- yang lain tanpa
sedikitpun ada yang terlewatkan. Apabila terlewat sepersekian detik saja, tentu
tata kosmos atau alam semesta ini akan hancur berkeping-keping. Satu partikel
akan mempengaruhi partikel-partikel lainnya. Kemudian berubah menjadi peristiwa
yang dahsyat menggoncang dunia.
Lalu dimanakah posisi manusia?
Ternyata manusia masih berada di dalam lingkup tata makrokosmos. Berarti
manusia juga merupakan bagian kecil dari ke-rabb-an Tuhan. Maka dari
itu, manusia harus terus menerus melatih rasa ikhlas, ridho dan tawakal selalu
kepada Allah SWT sebagai bagian dari rangkaian sunnatullah yang telah
ditetapkan.
Kembali pada masalah Nikmat,
bahwasanya tidak hanya dapat dibatasi dengan berbagai hal yang berupa materi
atau pun fisik seperti harta, uang, emas, istri, suami dan lain-lain. Atau
mungkin hal-hal yang sifatnya menyenangkan. Nikmat bisa saja berupa kesusahan
dan kepahitan. Tergantung bagaimana kita menanggapinya. Karena sesungguhnya
segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini bernilai kebaikan karena seperti
yang telah disebutkan di atas bahwa Rabb telah memperhitungkan hal itu
dengan perhitungan yang sangat teliti.
Bahkan yang namanya perintah dan
larangan yang telah ditetapkan merupakan nikmat yang luar biasa jika kita
mengetahuinya. Semisal dalam hidup ini tidak ada perintah atau larangan,
manusiaakan mengalami kebingungan. Mau diapakan hidup ini. Apakah hanya sekedar
bekerja, mendapat penghasilan, atau hanya menggelandang?
Lalu pantaskah kita untuk selalu
berkeluh kesah, galau, berprasangka negatif, protes dan lain sebagainya?
mungkin boleh-boleh saja karena kodrat manusia yang diberi nafsu memang
demikian adanya. Namun apakah manusia yang juga diberi akal dan hati akan kalah
dengan nafsunya tersebut?
Wallahu alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar